Sedikit berjalan ke halaman belakang dekat musholla saya melihat ada Abah ( imam musholla di panti), sedang sibuk merapikan beberapa pohon yang ada di halaman belakang . Ternyata tangan tuanya masih cukup kuat untuk memotong dahan dan ranting .lalu saya mendekati beliau..
”Assalamu’alaikum Abah”….. , Abah
turun saja biar di bantu Pak Usman merapikan
pohonnya. Dari atas Abah menoleh dan menyahuti salam saya
“Wa’alaikumsalam, Eh…. Mbak Thia Insya Allah Abah masih kuat Mbak“
Saya melirik pak Usman yang ada di sebelah saya, akhirnya tanpa di minta dengan tak kalah sigap pak Usman membantu Abah, beberapa anak–anak yg lain membantu Abah mengumpulkan kayu ranting dan daun kayu untuk di letakkan di satu tempat.
Saya melirik pak Usman yang ada di sebelah saya, akhirnya tanpa di minta dengan tak kalah sigap pak Usman membantu Abah, beberapa anak–anak yg lain membantu Abah mengumpulkan kayu ranting dan daun kayu untuk di letakkan di satu tempat.
Suasana gotong
royong Ahad pagi ini sangat ceria, sebagai bonus ada Umi Zahra ( ibu pengasuh)
Yayasan bersama anak–anak gadis yang mendekati remaja dibantu dengan tangan
handal “Chef Endang” membuat hidangan istimewa es buah, soto ayam dan aneka
gorangan mulai pisang goreng, tape goreng, dan ubi–ubi goreng.
Alhamdulillah … setelah hampir 3 jam acara bersih–bersih dilaksanakan, acara puncak adalah bakar-bakar, tentu saja yang di bakar adalah sampah–sampah di tambah dengan dahan dan ranting yang sudah di tebang Abah dan Pak Usman yang sudah di kumpulkan dan dijadikan satu di satu lubang. Beberapa anak–anak kecil termasuk Ais mengelilingi sampah yang akan di bakar, terdengar Umi Zahra berteriak mengingatkan anak–anak untuk tidak dekat–dekat.
Alhamdulillah … setelah hampir 3 jam acara bersih–bersih dilaksanakan, acara puncak adalah bakar-bakar, tentu saja yang di bakar adalah sampah–sampah di tambah dengan dahan dan ranting yang sudah di tebang Abah dan Pak Usman yang sudah di kumpulkan dan dijadikan satu di satu lubang. Beberapa anak–anak kecil termasuk Ais mengelilingi sampah yang akan di bakar, terdengar Umi Zahra berteriak mengingatkan anak–anak untuk tidak dekat–dekat.
Sambil
membantu menyiapkan makan, di tengah kepungan asap saya mendengar Aisyah
berteriak
Bundaaaaa !!! … perih mata Ais kena asap Bunda… Sayapun mengusap mata Ais, “ya, itu karena Ais tadi berdirinya terlalu dekat“.
Bundaaaaa !!! … perih mata Ais kena asap Bunda… Sayapun mengusap mata Ais, “ya, itu karena Ais tadi berdirinya terlalu dekat“.
Bunda……..
Kenapa waktu membakar sampah tadi Abah dan Pak Usman meletakkan ranting-ranting
kayu yang kecil dahulu kemudian baru meletakkan yang besar. Ummi Zahra yang
duduk di sebelah saya, menjawab pertanyaan Ais…“Soalnya Ranting yang kecil
lebih cepat terbakar Ais, kalau yang besar butuh waktu yang lama”.
Astagfirulllah
Bunda... sahut Ais sambil tangannya di
tepukkan ke arah jidatnya, berarti nanti kalau di Neraka tentulah Ais dan
teman–temen Ais yang kecil ini akan dibakar
terlebih dahulu sebelum dibakarnya orang besar seperti Bunda dan Umi
Zahra
“Ihhhhhh takut Ais bunda …”. Saya dan Umi Zahra hanya tersenyum mendengar
jawaban Ais.
“….Bila anak sekecil Ais lebih takut kepada Neraka dari pada kami yang dewasa, entah maka bagaimanakah keadaan kami nanti…….
(Thia, 11 Januari 2015)