Kamis, 31 Maret 2016

" PENDERITAAN ITU MENGEKALKAN CINTA, PERJUANGAN ITU MENOREHKAN KEBERHASILAN "



Love Story Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri dan Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz

Tiga puluh tahun yang lalu ...
Ada seorang pemuda yang hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayahnya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat . Ibunya seorang Lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, berpendidikan tinggi, Ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negerI Kairo. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat.Keluarga besarnya hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan!

Tidak puas dengan cara hidupnya diamana strata sosial yang didewa-dewakan, pemuda itu justru bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini membuat gusar orangtuanya dan menganggapnya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga.

Begitu masuk fakultas kedokteran pemuda itu jatuh cinta pada teman kuliahnya. Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin, sederhana, bersahaja dan memiliki kemuliaan ahlak . Kecantikan dan kecerdasannya menakjubkan yaaach….. Ia gadis yang beradab dan berprestasi.

Gayung pun bersambut dia ternyata juga mencintai pemuda itu dan berjanji untuk menempatkan cinta mereka dalam ikatan suci yang diridhai Allah yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya mereka berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas kedokteran tersebut. Keinginanya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati disampaikannya pada keluarga. Ayah, ibu dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaiasangat n serta tutur bahasanya yang halus.

Usai kunjungan itu ayah pemuda tersebut bertanya tentang pekerjaan ayah gadis yang dicintainya. Begitu diberitahu serta merta meledaklah badai kemarahan ayahnya dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya!.
Hal ini disebabkan karena ayah calon istri saya itu tukang cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur!. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan..

==============================
Dengan menyebut asma Allah, pemuda tersebut memutuskan untuk membela cinta dan hidupnya. Setelah berpikir panjang akhirnya pemuda tersebut memutuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari dia mengajak gadis yang dicintai itu ke kantor ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibnya. Mereka berikan identitas dan meminta ma'dzun untuk melaksanakan akad nikah mereka secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi. Mereka keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Pemuda itu membisikkan ke istri agar menyiapkan kesabaran lebih sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.

Seperti yang diduga penderitaan itu belum berakhir, akad nikah itu membuat murka keluarga masing –masing dan prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu mencium pernikahan mereka diusirnyalah oleh keluarganya. Lebih tragis lagi hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total mereka hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Tidak ada yang bisa dilakukan dengan uang 6 pound!!!, akhirnya mereka berdua di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari tepat pada puncak musim dingin, menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata mereka yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma mereka.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit mereka duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan otak mereka terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin tidur di emperan toko itu dan jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu mereka masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.

Pemuda tersebut berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan mereka mencarikan losmen ala kadarnya yang murah, kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan.Betapa bahagianya mereka saat itu, segera mereka pindah kesana.

=====================
Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, mereka merasa tetap bahagia karena selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta dan kenapakah orang- orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.

Istri pemuda itu jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 pound yang tersisa setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh pemuuda itu menjalani wajib militer. Inilah masa di takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang diterima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan dia harus berpisah dengan belahan jiwa yang sangat dicintai. Nyaris selama 1 tahun tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isterinya. Tetapi Allah tidak melupakan mereka, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba-Nya yang beriman. Isterinya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah mereka sehingga selama satu tahun ini dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah SWT.

Hingga suatu hari istrinya memiliki pandangan lain. Dia bersikeras untuk masuk program Magister bersama ! sebuah ide gila saat itu!!!" Bagaimana tidak...ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istrinya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang tidak bisa ditolak.

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya. Kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita." Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali berhadapan dengan tekad baja istrinya, hati pemuda itupun pun luluh.

Jadilah mereka berdua masuk Program Magister. dan mulailah mereka memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris mereka hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang mereka lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan mereka. Malam hari mereka lalui bersama dengan perut kosong, teman setia mereka adalah air keran. Pernah mereka belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, mereka obati dengan air. Yang terjadi malah mereka muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku mereka ambil untuk pengganjal perut. Siang hari, mereka terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski demikian melaratnya mereka merasa bahagia. Mereka tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah pemuda itu melihat istrinya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri mereka. Pemuda itu tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat dan cinta yang mendalam pada istrinya. Setiap kali pemuda itu mengangkat kepala dari buku yang tampak di depan adalah wajah istrnya yang sedang serius belajar. "Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisik istrinya mesra sambil tersenyum. Lalu mereka teruskan belajar dengan semangat membara.

======================
Allah Maha Penyayang, usaha mereka tidak sia-sia. Mereka berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun mereka belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun mereka masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup mereka. Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras mereka berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, mereka mengenal hidup layak dan tenang.

Dan lagi – lagi istri pemudia itu mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit ditolak.

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan.

Singkatnya dengan rahmat Allah, mereka berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London. Pemudia itu meraih gelar spesialis syaraf dan istrinya meraih gelar spesialis jantung. Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, mereka meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit dan istri saya sebagai wakilnya! Mereka juga mengajar di Universitas.Lima tahun setelah itu, mereka pindah kembali ke Kairo . Kini mereka hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara. Mengenang masa lalu maka bertambahlah rasa syukur mereka kepada Allah SWT dan bertambahlan rasa cinta mereka.
 ===================





 Selamat berlibur panjang sejawat kisah marilah kita sebut kisah ini sebagai nasehat hidup.

…Tidak perlu takut melewati penderitaan , sesungguhnya penderitaan dapat mengekalkan cinta…” 

 Tahukan sejawat siapakah pasutri yang luar biasa ini beliau adalah Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Direktur Rumah Sakit Kasr El Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, dan istrinya adalah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz..."
Subhanallah.....

( Thia, 13 Mei 2015)