Kamis, 31 Maret 2016

KETIKA PERUT RASULULLAH SAW BERBUNYI





Suatu ketika Rasulullah SAW menjadi imam sholat, para sahabat yang menjadi makmum di belakangnya mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh Rasulullah SAW bergeser antara satu sama lain. Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat,


”Ya Rasulullah.., kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, apakah Tuan sakit”?     Namun Rasulullah SAW menjawab, ”Tidak. Alhamdulillah, aku sehat dan segar”. Mendengar jawaban ini Sahabat Umar melanjutkan pertanyaannya,
”Lalu mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuhTuan? Kami yakin engkau sedang sakit…”.

Melihat kecemasan di wajah para sahabatnya, Rasulullah SAW pun mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut Rasulullah yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil untuk menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali tubuh Rasulullah bergerak. Umar memberanikan diri berkata,
”Ya Rasulullah! Adakah bila engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, lalu kami hanya akan tinggal diam”?  Rasulullah SAW menjawab dengan lembut,
”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu ini. Tetapi apakah yang akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya?” Para sahabat hanya tertegun. Rasulullah SAW melanjutkan,

”....Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak”. Semoga kelak di akhirat nanti kita mendapatkan Syafa'atul Udzmah di Yaumil Qiyamah nanti dan kita di kukuhkan keimanan serta ke-Islam-an kita agar terus meneladaninya...."

(Thia, 23 Desember 2014)
 

CERITA PAGI BERSAMA AISYAH TENTANG "KAYU BAKAR'




Minggu pagi itu saya mengunjungi Panti Asuhan lagi, sengaja saya membawa serta Pasukan Dharma Husada (maksud saya Pak Usman dan Nyonya alias Mbak Endang), setelah semalam Umi Zahra mengatakan akan ada bersih–bersih di Panti Asuhan. Sesampai di Panti Asuhan, suasana sangat ramai sekali beberapa anak ada yang pegang sapu, timba, kain pel dan sepertinya semua yang ada di Panti Asuhan dilibatkan dan tentu saja yang paling sibuk adalah “my little Aisyah”.

Sedikit berjalan ke halaman belakang dekat musholla saya     melihat ada Abah ( imam musholla di panti), sedang sibuk merapikan         beberapa pohon yang ada di halaman belakang . Ternyata tangan tuanya masih cukup kuat untuk memotong dahan dan ranting .lalu saya mendekati beliau..

”Assalamu’alaikum Abah”….. , Abah turun saja biar di bantu Pak Usman merapikan   pohonnya. Dari atas Abah menoleh dan menyahuti salam saya “Wa’alaikumsalam, Eh…. Mbak Thia Insya Allah Abah masih kuat Mbak“

Saya melirik pak Usman yang ada di sebelah saya, akhirnya tanpa di minta dengan tak kalah sigap pak Usman membantu Abah, beberapa anak–anak yg lain membantu Abah mengumpulkan kayu ranting dan daun kayu untuk di letakkan di satu tempat.

Suasana gotong royong Ahad pagi ini sangat ceria, sebagai bonus ada Umi Zahra ( ibu pengasuh) Yayasan bersama anak–anak gadis yang mendekati remaja dibantu dengan tangan handal “Chef Endang” membuat hidangan istimewa es buah, soto ayam dan aneka gorangan mulai pisang goreng, tape goreng, dan ubi–ubi goreng.

Alhamdulillah … setelah hampir 3 jam acara bersih–bersih dilaksanakan, acara puncak adalah bakar-bakar, tentu saja yang di bakar adalah sampah–sampah di tambah dengan dahan dan ranting yang sudah di tebang Abah dan Pak Usman yang sudah di kumpulkan dan dijadikan satu di satu lubang. Beberapa anak–anak kecil termasuk Ais mengelilingi sampah yang akan di bakar, terdengar Umi Zahra berteriak mengingatkan anak–anak untuk tidak dekat–dekat.

Sambil membantu menyiapkan makan, di tengah kepungan asap saya mendengar Aisyah berteriak 

Bundaaaaa !!! … perih mata Ais kena asap Bunda… Sayapun mengusap mata Ais,  “ya, itu karena Ais tadi berdirinya terlalu dekat“.

Bunda…….. Kenapa waktu membakar sampah tadi Abah dan Pak Usman meletakkan ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru meletakkan yang besar. Ummi Zahra yang duduk di sebelah saya, menjawab pertanyaan Ais…“Soalnya Ranting yang kecil lebih cepat terbakar Ais, kalau yang besar butuh waktu yang lama”.


Astagfirulllah Bunda... sahut Ais   sambil tangannya di tepukkan ke arah jidatnya, berarti nanti kalau di Neraka tentulah Ais dan teman–temen Ais yang kecil ini akan dibakar   terlebih dahulu sebelum dibakarnya orang besar seperti Bunda dan Umi Zahra

“Ihhhhhh takut Ais bunda …”.  Saya dan Umi Zahra hanya tersenyum mendengar jawaban Ais.


 “….Bila anak sekecil Ais lebih takut kepada Neraka dari pada kami yang dewasa, entah maka bagaimanakah keadaan kami nanti…….

  (Thia, 11 Januari 2015)

MENCINTAI DENGAN SEDERHANA


Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya. seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu… namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang.

Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa. Namun, ketika akan mengetuk pintu terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur. Ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya. Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbannya di depan pintu dan berbaring diatasnya.

Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur di luar rumah, di depan pintu. dengan udara malam yang dingin melilit. hanya beralaskan selembar sorban tipis. Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi. karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah…

Dan ternyata, di dalam rumah. persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya. Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu. Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang. Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.

Malam itu… tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana… karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan.. Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.

SUBHANALLAH WABIHAMDIH

Betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona… saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati…

Tahukah Anda… siapa mereka..?

Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq. Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat.

Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak. dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut.

Amiin…amiin ya rabbal’alamiin….

=====================
FOR YOU LOVE.....

“….Cinta itu dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan setiap harinya. Cinta itu didapatkan dari hal-hal kecil, dan tidak perlu mahal untuk mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan. "We cannot do great things, but we can do small things with great love."~

( Thia, 1 april 2015)