Kamis, 23 Juni 2016

COBALAH BELAJAR MENGERTI PERASAAN ORANG LAIN

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan sudah menyala kuning. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Jack terus melaju. Priit! Seorang polisi memintanya berhenti. Ia melihat dan kenal siapa polisi itu yaitu Bob, temannya semasa SMA dulu. Legalah Jack.

“Hey Bob… Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang untuk berbuka di rumah, hari ini ia ulang tahun dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti Jack. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu menutup kaca jendelanya. Bob terlihat menulis surat tilang dan setelah agak lama, Bob kembali dan mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Cukup untuk memasukkan surat tilang dan Bob kmenunggu embali ke posnya.

Jack pun mengambil surat tilang tersebut, tapi ternyata SIM-nya dikembalikan beserta sebuah nota.

“Nota apa ini?” Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack,…Tahukah kamu? aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah, pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan, begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan masih berkenan mengkaruniai kami seorang anak agar dapat kami peluk. Doakan agar permohonan kami terkabulkan.
Maka dari itu berhati-hatilah. Dari Bob, temanmu”


Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob, tapi Bob sudah meninggalkan posnya. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

SEJAWAT....
Tidak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka orang lain. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati, dan hargailah orang-orang di sekitarmu..

GANJARAN MENGHORMATI PUASA

Dikisahkan dalam Kitab Durrotun Nashihin tentang kemulyaan Bulan Suci Romadhon, ada seorang Majusi (penyembah Api) yang melihat anaknya makan dipasar sedangkan itu dalam bulan puasa, lalu ditegur dan titamparlah anaknya itu seraya berujar, "Wahai Anakku, tidakkah kamu tahu bulan apakah ini. Tidakkah kamu makan tetapi disekeliling kamu orang muslim sedang berpuasa"

Beberapa waktu kemudian, Majusi itu meninggal dunia. Dan ada seorang 'alim bermimpi akan keadaan Majusi tsb. Dima Majusi tersebut berada disuatu tempat yang indah dan serba terang berderang seperti di surga.

Lalu bertanyalah 'alim tersebut, "Hai Majusi, bukankah kamu itu seorang Majusi, gerangan apa yang bisa menjadikan kamu seperti ini".
 

Kemudian majusi itu menjawab, "Sebelum aku meninggal dunia, sesungguhnya Allah SWT memberiku hidayah agar masuk islam,dan setelah aku meninggal dalam Iman kepada Allah SWT, aku dinaikkan derajatku karena aku tidak makan & minum didepan orang yg berpuasa dibulan romadhon, karena menghormati Bulan Suci Romadhon."

Sungguh, Allah SWT Memulyakan siapa saja yang menghormati dan mencintai datangnya Bulan Suci Romadhon..

WAllahu a'lam.

KEBESARAN ORANG KECIL

Surga selalu dihias dan diberi harum-haruman dari tahun ke tahun karena masuknya bulan Ramadhan.

Pada malam pertama Ramadhan itu, muncullah angin dari bawah Arsy yang disebut al Mutsirah. Karena hembusan al Mutsirah ini, daun-daunan dari pepohonan di surga bergoyang dan daun-daun pintunya bergerak, sehingga menimbulkan suatu rangkaian suara yang begitu indahnya.

Tidak ada seorang atau mahluk apapun yang pernah mendengar suara seindah suara itu, sehingga hal itu menarik perhatian para bidadari yang bermata jeli. Mereka berdiri di tempat tinggi dan berkata, “Apakah ada orang-orang yang melamar kepada Allah, kemudian Allah akan mengawinkannya dengan kami??”
 
Tidak ada jawaban dan penjelasan apapun, maka para bidadari itu bertanya kepada malaikat penjaga surga, “Wahai Malaikat Ridwan, malam apakah ini?”
Malaikat Ridwan berkata, “Wahai para bidadari yang cantik jelita, malam ini adalah malam pertama Bulan Ramadhan!!”
Para bidadari itu berdoa, “Ya Allah, berikanlah kepada kami suami-suami dari hamba-Mu pada bulan ini!!”
 
Maka tidak ada seorangpun yang berpuasa di Bulan Ramadhan (dan diterima puasanya) kecuali Allah akan mengawinkannya dengan para bidadari itu, kelak di dalam kemah-kemah di surga.

Kemudian terdengar seruan Firman Allah, “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga untuk umat Muhammad yang berpuasa pada bulan ini. Wahai Malik (Malaikat penjaga neraka), tutuplah pintu-pintu neraka untuk mereka yang berpuasa bulan ini. Wahai Jibril, turunlah ke bumi, kemudian ikatlah setan-setan yang jahat dengan rantai-rantai dan singkirkan mereka ke dasar lautan yang dalam, sehingga mereka tidak bisa merusak (mengganggu) puasa dari umat kekasih-Ku, Muhammad!!”

Para malaikat itu dengan segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Itulah sebabnya di dalam Bulan Ramadhan itu kebanyakan umat Islam sangat mudah untuk berbuat amal kebaikan. Suatu hal yang sangat sulit untuk diamalkan pada bulan-bulan lainnya. 

Gangguan setan (dari kalangan jin) dan hawa panas neraka untuk sementara ditiadakan, hawa sejuk surga yang penuh rahmat dan kasih sayang Allah melimpah ruah membangkitkan semangat untuk terus beribadah kepada-Nya. Musuh yang harus dihadapi tinggal gangguan setan dalam bentuk manusia dan hawa nafsu, yang mereka itu juga telah dilemahkan dengan adanya kewajiban puasa.

Pada riwayat lain disebutkan, pada malam pertama Bulan Ramadhan itu Allah berfirman, “Barang siapa yang mencintai-Ku maka Aku akan mencintainya, barang siapa yang mencari-Ku maka Aku akan mencarinya, dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya berkat kehormatan Bulan Ramadhan ini (dan puasa yang dijalankannya) !!”

Kemudian Allah memerintahkan malaikat Kiramal Katibin (malaikat-malaikat pencatat amalan manusia) untuk mencatat amal kebaikan dari tiga kelompok orang-orang tersebut dan menggandakannya, serta memerintahkan untuk membiarkan (tidak mencatat) amal keburukannya, bahkan Allah juga menghapus dosa-dosa mereka yang terdahulu.

Pada setiap malam dari Bulan Ramadhan itu, Allah akan berseru tiga kali, “Barang siapa yang memohon, maka Aku akan memenuhi permohonannya. Barang siapa yang kembali kepada-Ku (Taa-ibin, taubat) maka Aku akan menerimanya kembali (menerima taubatnya). Barang siapa yang memohon ampunan (maghfirah) atas dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya…!!”

Pada malam yang ditetapkan Allah sebagai Lailatul Qadr, Allah memerintahkan Jibril dan rombongan besar malaikat untuk turun ke bumi. Jibril turun dengan membawa panji hijau yang kemudian diletakkan di punggung Ka’bah. Ia mempunyai 600 sayap, dua di antaranya tidak pernah dipergunakan kecuali pada Lailatul Qadr, yang bentangan dua sayapnya itu meliputi timur dan barat. Kemudian Jibril memerintahkan para malaikat yang mengikutinya untuk mendatangi umat Nabi Muhammad SAW. Mereka mengucapkan salam pada setiap orang yang sedang beribadah dengan duduk, berdiri dan berbaring, yang sedang shalat dan berdzikir, dan berbagai macam ibadah lainnya pada malam itu. Mereka menjabat tangan dan mengaminkan doa umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.

Ketika fajar telah muncul di ufuk timur, Jibril berkata, “Wahai para malaikat, kembali, kembali!!”
 
Para malaikat itu tampaknya enggan untuk beranjak dari kaum muslimin yang sedang beribadah kepada Allah. Ada kekaguman dan keasyikan berada di tengah-tengah umat Nabi Muhammad SAW, yang di antara berbagai kelemahan dan keterbatasannya, berbagai dosa dan kelalaiannya, mereka tetap beribadah mendekatkan diri kepada Allah, tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Mendengar seruan Jibril untuk kembali, mereka berkata, “Wahai Jibril, apa yang diperbuat Allah untuk memenuhi permintaan (kebutuhan) orang-orang yang mukmin dari umat Nabi Muhammad ini?’

Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah melihat kepada mereka dengan pandangan penuh kasih sayang, memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam manusia…!”
Mereka berkata, “Siapakah empat macam orang itu?”
 
Jibril berkata, “Orang-orang yang suka minum minuman keras (khamr, alkohol, narkoba dan sejenisnya), orang-orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang-orang yang suka memutuskan hubungan silaturahmi, dan kaum musyahin!!”
 
Para malaikat itu cukup puas dengan penjelasan Jibril dan mereka kembali naik ke langit, ke tempat dan cara ibadahnya masing-masing seperti semula.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini kepada para sahabat, salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah kaum musyahin itu?”
 
Nabi SAW bersabda, “Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yaitu orang yang tidak mau berbicara (karena perasaan marah, dendam dan sejenisnya) kepada saudaranya lebih dari tiga hari!!”
Malam berakhirnya bulan Ramadhan, yakni saat buka puasa terakhir dan memasuki malam Idul Fitri, Allah menamakannya dengan Malam Hadiah (Lailatul Jaa-izah). Ketika fajar menyingsing, Allah memerintahkan para malaikat untuk turun dan menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri yang di dalamnya ada orang-orang yang berpuasa. Mereka berdiri di jalan-jalan dan berseru, dengan seruan yang didengar oleh seluruh mahluk kecuali jin dan manusia, “Wahai umat Muhammad, keluarlah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, yang memberikan rahmat begitu banyak dan mengampuni dosa yang besar!!”
Ketika kaum muslimin keluar menuju tempat-tempat shalat Idul Fitri dilaksanakan, Allah berfirman kepada para malaikat, “Wahai para malaikat-Ku, apakah balasan bagi pekerja jika ia telah menyelesaikan pekerjaannya??”
Mereka berkata, “Ya Allah, balasannya adalah dibayarkan upah-upahnya!!”
Allah berfirman, Wahai para malaikat, Aku persaksikan kepada kalian semua, bahwa balasan bagi mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan, dan shalat-shalat malam mereka adalah keridhaan dan ampunan-Ku!!”

MENIKMATI LAPAR

Pada saat puasa begini, saat masih kecil menunggu bedug buka rasanya begitu lama sekali, dulu ketika sore eyang biasanya menyuruh kami memberi makan kambing, memasukkan ayam di kandang, sementara eyang menyiapkan hidangan berbuka...

Tidak ada perubahan menu antara puasa dan tidak, paling favorit kalo eyang sudah masak sayur asem, ikan asin dengan dadar jagung, plus sambal teri, untuk takjil pun jarang eyang menyediakan es buah, jus, atau apalah. Kelapa muda yg dipetik dari kebun belakang, atau blewah yg diserut diberi gula dikasih es batu, nikmatnya......

Waktu almarhum ayah masih ada, ketika.menunggu buka saya senang menyiapkan daftar permohonan makanan yang akan hendak saya makan, selepas ashar daftar itu saya serahkan untuk dibaca ayah, setali tiga uang dengan eyang ayah hanya tersenyum saja , kalo sudah begitu sambil mengusuk kepala ayah akan bilang, kalau sudah lapar apa saja yg ada akan terasa nikmat Thia, yg ada ini aja kita syukuri...
_______
SEJAWAT...
Salah satu dari sepuluh keutamaan lapar adalah membuat kita lebih menikmati dan merasa cukup terhadap nikmat. Logis, karena semakin terasa lapar, tentu makin terasa nikmatnya sajian yang disantap. Makanan yang biasanya dianggap biasa-biasa saja, terasa begitu istimewa ketika disantap dalam kondisi lapar. Minuman yang ala kadarnya pun terasa begitu nikmat di kala dahaga.

Dalam hal kenikmatan dan kecukupan ini, bisa lebih kita pahami dari ujaran Nabiyullah 'Isa ibn Maryam ‘alayhimassalam. Suatu hari, para hawari (murid-murid Nabi Isa) bertanya kepada beliau;

“Apa yang kita makan Wahai Nabi?”

“Roti gandum.”

“Lalu kita minum apa?”

“Air putih.”

“Kita tidur dimana?”

“Di tanah saja.”

“Wahai Tuanku,” keluh para murid, “Sepertinya engkau memerintahkan kami hal-hal yang berat melulu.."

"Loh,” sahut Nabi Isa, “Kita tidak butuh apa-apa lagi, karena itu semua sudah cukup memuaskan kalian.”

“Bagaimana bisa?”

“Ya. Tidakkah kalian lihat, bagi orang yang lapar karena puasa, maka sepotong roti gandum pun akan terasa nikmat. Bagi orang yang haus, seteguk air pun amatlah menyegarkan. Bagi orang yang lelah bangun untuk salat, hamparan bumi ini sangatlah nyaman untuk rebah.”

Selamat berbuka puasa sejawat

CACAT DAN BERTEKAD KUAT

Di Kisahkan seseorang sahabat Rasulullah saw Amr Ibnul Jamuh ra Yang sangat berkeinginan untuk bisa syahid di jalan Allah. Namun ada yang mengganjal. Kakinya yang pincang menjadi penghadang badannya untuk ikut dalam peperangan.

Pernah suatu ketika Amr telah berketetapan hati dan telah menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar. Namun putra-putranya memohon agar beliau mengurungkan niatnya dengan kesadaran sendiri atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi. Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang dengan alasan ketidakmampuan disebabkan cacat kakinya yang berat itu. Kemudian Rasulullah mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah. Walau merasa kecewa tapi Amr tahu itu untuk kebaikannya.

Tapi ketika masa perang uhud telah tiba, tekad Amr semakin tak terbendung. Udah kebelet banget pengen ngerasain syahid di medan perang seperti parasahabat lainnya. Dengan penuh keyakinan Amr menemui Nabi saw dan memohon kepadanya agar diizinkan terjun ke medan perang.

"Ya Rasulullah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama Anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga!'' ungkap Amr. Rasul tak kuasa menahan tekad kuat Amr yang sangat ingin berjihad. Nabi saw pun akhirnya memberikan izin pada Amr untuk berperang.

Betapa bahagianya Amr mendapat ijin dari Nabi. Dengan sigap, Amr segera mengambil persenjataan perangnya. Dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat sambil memohon kepada Allah: "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku!"
______________

Kisah tekad yang kuat berikutnya saya temui dari salah seorang jamaah masjid, saya memang tidak mengenalnya, saya bertemu dengannya ketika hendak menunaikan sholat tarawih

Ketika menunggu antri hendak berwudhu, mata saya melihat seorang Pak tua yang sedang berwudhu, seorang kakek terlihat begitu tenang mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat seperti tidak ada yang lain dari dirinya padahal salah satu kakinya tidak ada

Bisa jadi Pak tua itu mempunyai banyak uang untuk membeli sepatu, Tapi uang bukanlah segalanya dalam hidup ini. karena seberapa banyak pun uang yang dimiliki seseorang tidak akan mampu membeli nikmat mempunyai anggota tubuh kita yang lengkap ini.
------------------------------
Sejawat dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW Bersabda

“Sungguh telah datang padamu bulan yang penuh berkah, di manaAllah mewajibkan atas kamu berpuasa, di saat dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan-syetan, dan di mana dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tidak berhasil beroleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu buat selama-lamanya.” (H. R. Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi)
Selamat berbuka puasa sejawat, apapun rintangan yang kita hadapi selama bulan puasa semoga tidak mengurangi kekhusukan kita menjalan ibadah puasa ramadhan

Marabahan ya Ramadhan

Rabu, 22 Juni 2016

KEMULIAAN DAN KESETIAAN KHADIJAH?

Siapakah yang tak ingin meneladani kemuliaan dan kesetiaan Khadijah, istri Rasulullah saw.?

Dialah perempuan pertama yang mengakui dakwah Islam Rasulullah saw.
 

Dialah yang selalu ada untuk Rasulullah saw dalam terjangan sekeras apa pun.
 

Dialah istri yang menerima dengan hati tulus dan ikhlas demi Allah bahwa menegakkan syariat memang tidak selalu menyenangkan hati, tetapi juga ada yang membuat sedih. Dialah yang merelakan segala yang melekat padanya, bahkan nyawanya, demi mendampingi suaminya dalam menegakkan syariat Islam.

Saat Rasulullah Saw. mulai berdakwah secara terang-terangan, beliau mendapat ejekan dan hinaan yang sangat menyakitkan, diancam, dan disakiti. Berkat sokongan kesetiaan Khadijah, di antaranya, Rasulullah saw. tegar selalu mengemban misi kerasulannya.

Khadijah tidak pernah mengecewakan Rasulullah Saw. Tak sekali pun ia membuat Rasulullah Saw. kecewa apalagi marah. Memerengutkan wajah saja kepada Rasulullah saw., beliau tidak pernah. Sekalipun!

Di antara semua istrinya, bahkan sepeninggalnya, Rasulullah saw. senantiasa memberikan penghormatan yang tinggi kepadanya. Rasulullah Saw. pernah bersabda,
"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Ia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan ia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya, dan mengharamkan bagiku anak dari selain ia.” (HR. Ahmad).

Tak cukup ungkapan hormat dari Rasulullah saw atas kemuliaan dan kesetiaan Khadijah sebagai seorang istri, dalam risalah hidup yang manis dan pahit, bahkan Jibril pernah menyampaikan salam untuknya dari Allah Swt. langsung. Khadijah pernah dikirimi salam oleh Allah Swt. melalui Jibril.

Dari Abu Hurairah, “Jibril datang kepada Rasulullah saw. lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan.” (HR. Bukhari).

BUNGKUS atau ISI

 Emha Ainun Nadjib

Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus Bungkusnya saja dan mengabaikan ISI-nya.

Maka, bedakanlah apa itu "BUNGKUS"-nya dan apa itu "ISI"-nya.

"Rumah yang indah" hanya bungkusnya,
 "Keluarga bahagia" itu isinya.

"Pesta pernikahan" hanya bungkusnya, 
"Cinta kasih, Pengertian, dan Tanggung jawab" itu isinya.

"Ranjang mewah" hanya bungkusnya,
 "Tidur nyenyak" itu isinya.

"Kekayaan" itu hanya bungkusnya, 
"Hati yang gembira" itu isinya.

"Makan enak" hanya bungkusnya,
"Gizi, energi, dan sehat" itu isinya.

"Kecantikan dan Ketampanan" hanya bungkusnya;
"Kepribadian dan Hati" itu isinya.

"Bicara" itu hanya bungkusnya,
"Kenyataan" itu isinya.

"Buku" hanya bungkusnya;
"Pengetahuan" itu isinya.

"Jabatan" hanya bungkusnya,
"Pengabdian dan pelayanan" itu isinya.

"Pergi ke tempat ibadah" itu bungkusnya,
"Melakukan Ajaran Agama" itu isinya.

"Kharisma" hanya bungkusnya,
"Karakter" itu isinya.
Utamakanlah isinya, namun rawatlah bungkusnya

CINTAKU SEDERHANA, TAPI LILLAHITA ALA

Tidak Butuh KAYA untuk sebuah kesetiaan
Tidak Butuh MEWAH untuk sebuah kebahagiaan
Dari Abu Hurairah, dia berkata : Rasulullah bersabda : Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya, serta orang yang terbaik (ahlak) di antara kalian adalah yang terbaik terhadap istrinya

Selasa, 21 Juni 2016

KESIBUKAN MALAIKAT PADA BULAN RAMADHAN

Surga selalu dihias dan diberi harum-haruman dari tahun ke tahun karena masuknya bulan Ramadhan.

Pada malam pertama Ramadhan itu, muncullah angin dari bawah Arsy yang disebut al Mutsirah. Karena hembusan al Mutsirah ini, daun-daunan dari pepohonan di surga bergoyang dan daun-daun pintunya bergerak, sehingga menimbulkan suatu rangkaian suara yang begitu indahnya.

Tidak ada seorang atau mahluk apapun yang pernah mendengar suara seindah suara itu, sehingga hal itu menarik perhatian para bidadari yang bermata jeli. Mereka berdiri di tempat tinggi dan berkata, “Apakah ada orang-orang yang melamar kepada Allah, kemudian Allah akan mengawinkannya dengan kami??”
 
Tidak ada jawaban dan penjelasan apapun, maka para bidadari itu bertanya kepada malaikat penjaga surga, “Wahai Malaikat Ridwan, malam apakah ini?”
Malaikat Ridwan berkata, “Wahai para bidadari yang cantik jelita, malam ini adalah malam pertama Bulan Ramadhan!!”
Para bidadari itu berdoa, “Ya Allah, berikanlah kepada kami suami-suami dari hamba-Mu pada bulan ini!!”
 
Maka tidak ada seorangpun yang berpuasa di Bulan Ramadhan (dan diterima puasanya) kecuali Allah akan mengawinkannya dengan para bidadari itu, kelak di dalam kemah-kemah di surga.

Kemudian terdengar seruan Firman Allah, “Wahai Ridwan, bukalah pintu-pintu surga untuk umat Muhammad yang berpuasa pada bulan ini. Wahai Malik (Malaikat penjaga neraka), tutuplah pintu-pintu neraka untuk mereka yang berpuasa bulan ini. Wahai Jibril, turunlah ke bumi, kemudian ikatlah setan-setan yang jahat dengan rantai-rantai dan singkirkan mereka ke dasar lautan yang dalam, sehingga mereka tidak bisa merusak (mengganggu) puasa dari umat kekasih-Ku, Muhammad!!”

Para malaikat itu dengan segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Itulah sebabnya di dalam Bulan Ramadhan itu kebanyakan umat Islam sangat mudah untuk berbuat amal kebaikan. Suatu hal yang sangat sulit untuk diamalkan pada bulan-bulan lainnya. 

Gangguan setan (dari kalangan jin) dan hawa panas neraka untuk sementara ditiadakan, hawa sejuk surga yang penuh rahmat dan kasih sayang Allah melimpah ruah membangkitkan semangat untuk terus beribadah kepada-Nya. Musuh yang harus dihadapi tinggal gangguan setan dalam bentuk manusia dan hawa nafsu, yang mereka itu juga telah dilemahkan dengan adanya kewajiban puasa.

Pada riwayat lain disebutkan, pada malam pertama Bulan Ramadhan itu Allah berfirman, “Barang siapa yang mencintai-Ku maka Aku akan mencintainya, barang siapa yang mencari-Ku maka Aku akan mencarinya, dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya berkat kehormatan Bulan Ramadhan ini (dan puasa yang dijalankannya) !!”

Kemudian Allah memerintahkan malaikat Kiramal Katibin (malaikat-malaikat pencatat amalan manusia) untuk mencatat amal kebaikan dari tiga kelompok orang-orang tersebut dan menggandakannya, serta memerintahkan untuk membiarkan (tidak mencatat) amal keburukannya, bahkan Allah juga menghapus dosa-dosa mereka yang terdahulu.

Pada setiap malam dari Bulan Ramadhan itu, Allah akan berseru tiga kali, “Barang siapa yang memohon, maka Aku akan memenuhi permohonannya. Barang siapa yang kembali kepada-Ku (Taa-ibin, taubat) maka Aku akan menerimanya kembali (menerima taubatnya). Barang siapa yang memohon ampunan (maghfirah) atas dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya…!!”

Pada malam yang ditetapkan Allah sebagai Lailatul Qadr, Allah memerintahkan Jibril dan rombongan besar malaikat untuk turun ke bumi. Jibril turun dengan membawa panji hijau yang kemudian diletakkan di punggung Ka’bah. Ia mempunyai 600 sayap, dua di antaranya tidak pernah dipergunakan kecuali pada Lailatul Qadr, yang bentangan dua sayapnya itu meliputi timur dan barat. Kemudian Jibril memerintahkan para malaikat yang mengikutinya untuk mendatangi umat Nabi Muhammad SAW. Mereka mengucapkan salam pada setiap orang yang sedang beribadah dengan duduk, berdiri dan berbaring, yang sedang shalat dan berdzikir, dan berbagai macam ibadah lainnya pada malam itu. Mereka menjabat tangan dan mengaminkan doa umat Nabi Muhammad SAW hingga terbit fajar.

Ketika fajar telah muncul di ufuk timur, Jibril berkata, “Wahai para malaikat, kembali, kembali!!”
 
Para malaikat itu tampaknya enggan untuk beranjak dari kaum muslimin yang sedang beribadah kepada Allah. Ada kekaguman dan keasyikan berada di tengah-tengah umat Nabi Muhammad SAW, yang di antara berbagai kelemahan dan keterbatasannya, berbagai dosa dan kelalaiannya, mereka tetap beribadah mendekatkan diri kepada Allah, tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Mendengar seruan Jibril untuk kembali, mereka berkata, “Wahai Jibril, apa yang diperbuat Allah untuk memenuhi permintaan (kebutuhan) orang-orang yang mukmin dari umat Nabi Muhammad ini?’

Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah melihat kepada mereka dengan pandangan penuh kasih sayang, memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam manusia…!”
Mereka berkata, “Siapakah empat macam orang itu?”
 
Jibril berkata, “Orang-orang yang suka minum minuman keras (khamr, alkohol, narkoba dan sejenisnya), orang-orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang-orang yang suka memutuskan hubungan silaturahmi, dan kaum musyahin!!”
 
Para malaikat itu cukup puas dengan penjelasan Jibril dan mereka kembali naik ke langit, ke tempat dan cara ibadahnya masing-masing seperti semula.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini kepada para sahabat, salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah kaum musyahin itu?”
 
Nabi SAW bersabda, “Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yaitu orang yang tidak mau berbicara (karena perasaan marah, dendam dan sejenisnya) kepada saudaranya lebih dari tiga hari!!”

Malam berakhirnya bulan Ramadhan, yakni saat buka puasa terakhir dan memasuki malam Idul Fitri, Allah menamakannya dengan Malam Hadiah (Lailatul Jaa-izah). Ketika fajar menyingsing, Allah memerintahkan para malaikat untuk turun dan menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri yang di dalamnya ada orang-orang yang berpuasa. Mereka berdiri di jalan-jalan dan berseru, dengan seruan yang didengar oleh seluruh mahluk kecuali jin dan manusia, “Wahai umat Muhammad, keluarlah kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, yang memberikan rahmat begitu banyak dan mengampuni dosa yang besar!!”

Ketika kaum muslimin keluar menuju tempat-tempat shalat Idul Fitri dilaksanakan, Allah berfirman kepada para malaikat, “Wahai para malaikat-Ku, apakah balasan bagi pekerja jika ia telah menyelesaikan pekerjaannya??”
 
Mereka berkata, “Ya Allah, balasannya adalah dibayarkan upah-upahnya!!”
Allah berfirman, Wahai para malaikat, Aku persaksikan kepada kalian semua, bahwa balasan bagi mereka yang berpuasa di Bulan Ramadhan, dan shalat-shalat malam mereka adalah keridhaan dan ampunan-Ku!!”

KADANG KITA TIDAK ADIL MEMBERLAKUKAN ORANG KECIL

True story cerita Seorang Istri

Sebagai istri saya tentu ingin disayang suami. Belajar masak, rajin bersih-bersih rumah, berlaku lembut penuh cinta kepada suami, dan berusaha hemat dalam penggunaan uang belanja biar disebut istri cerdas dan yang tersayang.

Setiap kali belanja kemanapun, saya pasti ngotot berusaha menawar dagangan dengan harga semurah mungkin. Diskon seribu dua ribu saya kejar, padahal energi yang dikeluarkan untuk tawar-menawar panjang bisa lebih dari itu. Tapi demi disayang suami, saya tetep ngotot. Tak jarang suami yang mengantar mulai tidak sabar dan geleng-geleng kepala. Saya sih cuek saja, istri pelitnya ini selalu beralasan sama, kan biar hemat.

Suatu sore setelah lelah keliling pasar, di perjalanan menuju parkiran mobil seorang pedagang tanaman bunga yang berusia sepuh menawarkan dagangannya:
Pedagang: “Neng, beli neng dagangan bapak, bibit bunga mawar 5 pot cuma 25.000 per pot”
 
Tadinya saya cuek, tapi tiba-tiba teringat pekarangan mungil di rumah yang kosong, wah murah nih pikir saya, cuma 25.000/pot, tapi ah pasti bisa ditawar.
Saya: “Ah mahal banget pak 25.000, udah 10.000/pot,” dengan gaya cuek saya menawar sadis. 
Pedagang: “Jangan neng, ini bibit bagus. Bapak jual udah murah, 15.000 aja gimana neng bapak udah sore mau pulang.”

Saya ragu sejenak, memang murah sih. Di toko, bibit bunga mawar paling tidak 45.000 harga 1 pot nya. Tapi bukan saya dong kalau tidak berjuang.
Saya: “Halah udah pak, 10.000 ribu aja 1 kalau gak dikasih ya gak apa-apa,” saya berlagak hendak pergi.
 
Pedagang: “Eh neng…,” dia ragu sejenak dan menghela nafas. “Ya sudah neng gak apa-apa 10.000, tapi neng ambil semuanya ya, bapak mau pulang udah sore.”
Saya: (Saya bersorak dalam hati. Yeee…menang) “Oke pak, jadi 50.000 ribu ya utk 5 pot. Bawain sekalian ya pak ke mobil saya, tuh yang di ujung parkiran.”

Saya pun melenggang pergi menyusul suami yang sudah duluan. Si bapak pedagang mengikuti di belakang. Sesampainya di parkiran, si bapak membantu menaruh pot-pot tadi ke dalam mobil, saya membayar 50.000 lalu si bapak tadi segera pergi. Lalu terjadilah percakapan berikut dengan suami,

Saya : “Bagus kan yang, aku dapet 5 pot bibit bunga mawar harga murah.”
 
Suami: “Oohh..berapa kamu bayar ?”
 
Saya: “50 ribu.”
 
Suami: “Hah…!!! Itu semua 5 pot ?” dia kaget
 
Saya: “Iya dong… hebat kan aku nawarnya ?
 
Tadi Dia nawarinnya 25.000 1 pot,” saya tersenyum lebar dan bangga.
 
Suami: “Gila kamu, sadis amat. Pokoknya aku gak mau tahu. Kamu susul itu si bapak sekarang, kamu bayar dia 125.000 tambah upah bawain ke mobil 25.000 lagi.
 
Nih, kamu kejar kamu kasi dia 150.000 !” Suami membentak keras dan marah, saya kaget dan bingung.
 
Saya: “Tapi…kenapa..?”
 
Suami: Makin kencang ngomongnya, “CEPETAN SUSUL SANA , tunggu apa lagi.”

Tidak ingin dibentak lagi, saya langsung turun dari mobil dan berlari mengejar si bapak tua. 

Saya lihat dia hendak naik angkot di pinggir jalan.
 
Saya: “Pak……tunggu pak…”
 
Pedagang: “Eh, neng kenapa ?”
 
Saya: “Pak, ini uang 150.000 pak dari suami saya katanya buat bapak, bapak terima ya, 
saya gak mau dibentak suami, saya takut.”
 
Pedagang: “Lho, neng kan tadi udah bayar 50.000, bener kok uangnya,” si bapak keheranan.

 Saya: “udah bapak terima aja. Ini dari suami saya. Katanya harga bunga bapak pantesnya dihargain segini,” sambil saya serahkan uang 150.000 ke tangannya.
 
Pedagang: Tiba-tiba menangis dan berkata, “Ya Allah neng…makasih banyak neng…ini jawaban do’a bapak sedari pagi, seharian dagangan bapak gak ada yang beli, yang noleh pun gak ada. Anak istri bapak lagi sakit di rumah gak ada uang buat berobat.

Pas neng nawar bapak pikir gak apa-apa harga segitu asal ada uang buat beli beras aja buat makan. Ini bapak mau buru-buru pulang kasian mereka nunggu. Makasih ya neng…suami neng orang baik. Neng juga baik jadi istri nurut sama suami,
Bapak pamit neng mau pulang…,” dan si bapak pun berlalu.
 
Saya:! (speechless dan kembali ke mobil).
Sepanjang perjalanan saya diam dan menangis, benar kata suami, tidak pantas menghargai jerih payah
APAKAH KITA BANGGA MENEKAN ORANG MISKIN DENGAN MENAWAR JUALANNYA YG TIDAK MASUK AKAL?