Rabu, 27 Juli 2016

UJUB TERSEMBUNYI

Pagi itu Pak haji Adang mampir di kedai kecil tempat Mang Ujang berjualan gado gado .Sehari hari kedai Mang Ujang rame dikunjungi orang ada yang sekedar makan tapi tidak sedikit juga tempat mereka curhat dengan Mang Ujang

Maklum Mang Ujang juga nyambi sebagai sebagai Trainer amatiran walaupun dia sendiri belum tentu bisa menyelesaikan masalahnya dengan bijak, tapi bagaimanapun juga Mang Ujang dengan senang hati menyediakan kupingnya untuk.memdengar dan sesekali memberikan kata-kata motivator itupun copi paste dari internet

Mang ujang adalah sosok yg sederhana sandalnya hanya sandal jepit dan baju kesukaanya adalah koko putih , suatu kali pak haji Adang sambil berkelakar, bertanya kepada Mang Ujang,,,Mang ujang ..kok baju yang yang ini saja, memang gak ada yg lain 

Guyonan pak haji dijawab mang ujang dengan santai ...pak haji tau ngak baju seperti ini saya satu kodi dirumah .,Jawaban mang ujang disambut ketawa oleh pak haji

Mang ujang saya mau curhat nih ...lagi ada masalah nih ...sambil nyereput kopi yg telah dihidangkan mang ujang ,..Masalah  apa tuh pak haji ???
Gini Mang ujang ,saya kan disuruh jadi khatib Jumat kemaren mengantikan ustad Turmudzi yg berhalangan hadir

Siang malam saya belajar  ...dan saya juga berlatih didepan anak istri saya , saya pengen khutbah pertama saya ini sempurna

Benar saja Mang ujang ....semua orang berdecak kagum  mendengar khutbah saya ..saya melihat semua orang melongo mendengarkanya dan tidak satu pun yg ngantuk dan tertidur

Terus masalah nya apa pak haji ???..Gini mang ujang ....sewaktu khutbah selesai saya turun.mimbar ,ternyata ada ustad lain yg maju jadi imam sholat jumat ....padahal saya juga mempersiapkan diri jadi imam dan sudah menghafal beberapa ayat dan meyempurnakan tajwid dan langgam nya

Bukan main kecewa saya mang ujang dikira saya ngak bisa jadi imam, Mang ujang

Oooooo gitu masalahnya ...mestinya pak haji harus bersyukur atas rejeki yang diberikan Allah...gitu.jawaban.mang ujang dengan entengnya

Mang ujang ini gimana. ..orang lagi kesel disuruh bersyukur..

Pak haji ....dengan cara itu Allah mengirim ustad untuk jadi imam sekaligus menghapus rasa bangga dan ujub yang berlebihan dan  supaya pak haji tidak merasa jadi orang baik .orang sholeh dan.lebih berilmu dari yang lain ...

Ooooo begitu ya mang ujang ...terima kasih nasehatnya ...dengan persaan malu pak.haji berlalu dari kedai mang ujang ...









DUSTA HATI

Bayazid al Bustami adalah seorang pengajar tasawuf yang mempunyai ribuan murid .Suatu saat muridnya mengadu kepada Bayazid

" Tuan guru saya sudah beribadah selama 30 tahun lamanya, ibadah wajib dan sunat sudah saya kerjakan "..Tapi kenapa saya tidak pernah mengalami pengalaman batin yang seringp guru ceritakan .???

Bayazid menjawab ...Seandainya kau beribadah selama 300 tahun pun kau tak akan mencapai satu butir debu pengalaman rohani dalam hidupmu

Mengapa ya Tuan guru??......karena kau tertutup dengan dirimu sendiri..jawab Bbayazid

Jadi apa yang harus aku lakukan???... pinta sang murid 

Engkau pasti takkan melakukanya murid ku ...

Aku berjanji akan melakukannya dan katakan lah tuan guru

Baik lah kalau begitu ...sekarang tanggalkan bajumu gantilah dengan pakai yang compang camping dan lusuh dan gantungkan lah kantong kacang dileher mu

Engkau pergi ke pasar katakan kepada anak kecil yg kau temui ..barang siapa diantara kalian yang mau menamparku satu kali akan aku kasih kacang lalu datangi juga para majelis yg sering memuji karena ke sholehan mu, katakan kepada mereka seperti yg kau katakan kepada anak kecil tadi

Sang  murid menjawab ...Subhanallah ..Masya Allah ..Laa ilaha illallah,.Allahuakbar

Wahai muridku kalau ucapan itu diucapkan seoarang kafir dia akan berubah menjadi orang mukmin akan tetapi kalau itu diucapkan seorang mulim seperti kamu maka dia berupa menjadi seorang kafir

Sang murid keheranan ...mengapa bisa begitu sang guru?? Bayazid menjawab.. 

Karena sepertinya kau sedang memuji Allah padahal sebenarnya kau.memuji dirimu sendiri 

Kau katakan Allah  Maha Suci padahal sebetulnya kau menyucikan dirimu sendiri

Kau katakan Allah Maha Besar sebetulnya kau sedang menagungkan dirimu sendiri

Senin, 25 Juli 2016

MUTIARA HIKMAH :


جالس العلماء بعقل
Duduklah bersama ulama dengan akalmu

وجالس الامراء بعلمك 
Duduklah bersama pemimpin dengan ilmumu

وجالس الاصدقاء بأدبك 
Duduklah bersama teman dengan adab/etikamu

وجالس أهل بيتك بعطفك
 Duduklah bersama keluarga dengan kelembutanmu

وجالس السفهاء بحلمك 
Duduklah bersama orang bodoh dengan kemurahan hatimu
 
وكن جليس ربك بذكرك 
Jadilah "teman" Allah dengan mengingatNYA

وكن جليس نفسك بنصحك 
Dan jadilah teman bagi dirimu sendiri dengan nasihatmu

لا تَحزنْ على طيبتك؛ فَإن لَم يُوجَد في الارض مَن يقدرها؛ ففي السَماء مَن يباركهَا… 
Tidak perlu bersedih jika di dunia tidak ada yg menghargai kebaikanmu, karena di langit ada yg mengapresiasinya
 
حياتنا كالورود فيها من الجمال ما يسعدنا وفيها من الشوك ما يؤلمنا
Kehidupan kita ibarat mawar, disamping memiliki keindahan yg membuat kita bahagia, juga memiliki duri yg bikin kita tersakiti

ما كان لك سيأتيك رغم ضعفك.!! 
Apa yg ditetapkan bagimu niscaya akan mendatangimu, meskipun kamu tdk ada daya

وما ليس لك لن تناله بقوتك.!! 
Sebaliknya apa yg bukan milikmu, kamu tidak akan mampu meraihnya meski dengan kekuatanmu

لا أحد يمتاز بصفة الكمال سوى اللہ. لذا كف عن نبش عيوب الآخرين
Tidak seorangpun yg memiliki sifat sempurna selain Allah, oleh karena itu berhentilah dari menggali aib orang lain
 
الوعي في العقول وليس في الأعمار، فالأعمار مجرد عداد لأيامك، أما العقول فهي حصاد فهمك وقناعاتك في حياتك.. Kesadaran itu pada akal, bukan pada usia, umur hanyalah bilangan harimu, sedangkan akal adalah hasil pemahaman dan kerelaanmu trhadap kehidupanmu

كن لطيفاً بتحدثك مع الآخرين، فالكل يعاني من وجع الحياة وأنت ﻻتعلم
Berlemah lembutlah ketika bicara dengan orang lain, krn setiap org merasakan derita hidupnya masing2, sedangkan kamu tdk mengetahuinya

كل شيء ينقص إذا قسمته على اثنين إلا “السعادة” فإنها تزيد إذا تقاسمتها مع الآخرين
Semua hal akan berkurang jika dibagi menjadi 2, kecuali KEBAHAGIAAN, justru akan bertambah jika kamu bagi kepada yang lain.

“SEMBUH”

Disebuah desa yang sama, tinggallah Abdul, Ali dan Karim.

Abdul adalah seorang tukang batu, di juga punya kebiasaan buruk yaitu bermabuk – mabukkan dan tidur dengan wanita – wanita tuna susila

Ali adalah seorang petani. Dia bekerja mengelola sawah dan ladangnya dari pagi hingga sore. Pada saat panen, tak lupa ia menyisihkan sepersepuluh hasil ladangnya untuk orang – orang yag tidak mampu

Karim adalah seorang imam. Ia sangat dikenal di desa itu karena ceramah – ceramahnya yang motivatif. Banyak orang kembali bertaubat kepada Alah saat mendengar ceramahnya. Ia adalah seseorang yang total melayani Allah SWT

Pada  suatu hari, nasib yang cukup aneh menimpa mereka bertiga terjangkit penyakit lepra. Karena sudah peraturan adat, mereka bertiga harus segera diasingkan dari desa tersebut. Penduduk khawatir mereka kan menyebarkan penyakit mengerikan itu. Sebuah gubug kecil pun dibuatkan oleh warga di pinggiran desa dan mereka tinggal bertiga disana

Suatu malam mereka bertiga mendapatkan mimpi sama. Di dalam mimpi mereka mendengar seseorang berkata “ Berdoalah, maka Allah akan menyembuhkan kalian.” Mereka pun segera melaksanakan apa yang dikatakan oleh mimpi tersebut. Setiap hari dalam sholat dan tahajud mereka selalu berdoa minta kesembuhan

Setelah tiga hari, Abdul akhirnya sembuh. Dia segera pulang ke desa dan merasa sangat yakin bahwa Allah telah menyayaninya lebih dari dua temannya yang lain.
Setelah tiga bulan, Ali si Petani juga sembuh. Dia segera menyusul pulang ke desa dan terheran – heran mengapa Allah lebih sayang kepadanya dari pada si Karim temannya yang notabene adalah imam. “ Reputasi suci imam pasti palsu “ gumamnya pada diri sendiri. Ali juga masih bertanya – tanya kenapa Abdul yang suka mabuk malah sembuh lebih dahulu

Tahun demi tahun pun berlalu. Karim tidak mengenal lelah berdoa kepada Allah untuk meminta kesembuhan, namun kesembuhan itu tak kunjung tiba. Tidak ada lagi orang – orang yang datang menjenguknya bahka wajah dan tubuhnya sekarang berubah menjadi mengerikan.

Pada suatu malam, Karim si Imam bermimpi kembali, Ia bermimpi mendengar suara yang sama “ Karim, Aku tahu hatimu terusik dengan peristiwa ini, Engkau ingin tau kenapa temanmu Abdul dan Alia sembuh terlebih dahulu “

Suara dalam mimpi itu pun terus melanjutkan perkataannya..

“ Allah menjawab doa Abdul si pemabuk dengan cepat karena imannya, dia percaya kepada – Allah selama tiga hari adalah seluruh imannya. Jika Allah menundanya, dia akan putus asa lalu bunuh diri.”

“ Untuk Ali,  Allah menunda kesembuhannya selama tiga buan, karena dia memiliki kepercayaan yang  lebih besar kepada Allah. Tetapi setelah tiga bulan, maka keyakinannya akan hilang dan dia bisa bertindak nekat juga,Apakah engkau bisa mengerti ??”

Suara itu kembali melanjutkan

“ Untukmu Karim, Allah mengatakan kepadaku bahwa engkau adalah Imam-Nya yang setia, Allah tidak bisa mengabaikan doamu. Engkau adalah teman-Nya dan engkau sangat memahami hati-Nya. Buktinya semakin lama Allah menunda kesembuhanmu, keyakinanmu kepada Allah semakin dalam. Bahkan, sekarang engkau sudah tidak peduli lagi apakah engkau akan sembuh atau mati, Engkau hanya ingin berdoa kepada Allah. Engkau telah beriman kepada Allah tanpa peduli apapun yang terjadi padamu. Dan Allah telah menjadi segala – galanya bagimu “

Keesokan paginya. Karim si Imam terbangun dan ia telah sembuh dari penyakitnya. Dan untuk pertama kalinya ia menyesali kesembuhannya

=========================
Buat sejawat yang sedang sakit atau tertimpa musibah marilah kita bersabar
“ Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah – buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang – orang yang sabar ( QS 2:155) “
“ ( Yaitu ) orang – orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “ Inna Lillaahi  wa inna ilaihi Raaji’uun ( QS 2:156)

Sabtu, 23 Juli 2016

MENYIKAPI PERUBAHAN

Nokia dulu menyebut Android sebagai semut kecil merah yg mudah digencet dan mati. Arogansi dan rasa percaya diri yg berlebihan membuat Nokia terjebak dlm innovator dilemma. Sejarah mencatat, yg kemudian mati justru Nokia – tergeletak kaku dlm kesunyian yg perih.

Kodak menyebut kamera digital hanyalah tren sesaat, dan kamera produksi mrk akan terus bertahan. Kodak terjebak halusinasi dan innovator dilemma yg akut. Akibatnya, ruangan ICU yg pengap menanti raga mrk yg merintih kesakitan.

Intel dan Micorosoft (Dominasi yg dulu dikenal dgn duo Wintel ) terlalu menikmati kekuasannya dlm dunia PC dan Laptop, dan pelan2 terjebak innovator dilemma. Mereka terbuai dgn kekuasaannya, dan lengah betapa dramatis kecepatan kemajuan era mobile computing. Kini era PC/Laptop sdh hampir berakhir, diganti era mobile smartphone. Dan hegemoni Microsoft serta Intel kian menjadi tidak relevan dlm era smartphone. Intel dan Microsoft lalu hanya duduk saling bertatapan mata, diam dan termangu. Dalam rasa penyesalan yg pedih dan pahit. Namun dlm bisnis, penyesalan tdk pernah mendapat tempat terhormat.

Pizza hut terus menerus mengenalkan menu baru setiap enam bulan. Sabun Lifebouy ber-kali2 melakukan rejuvenasi. Facebook dan Bukalapak juga selalu melakukan evolusi.

Nokia kolaps dihantam iPhone di tahun 2007, padahal produsen iPhone bukan perusahaan telco, namun dari industri komputer. Koran dan majalah mati bukan krn sesama rivalnya, namun karena Facebook dan Social Media ( remaja dan anak muda tak lagi kenal koran/majalah kertas. Mereka lebih asyik main Path, IG atau FB. Pelan tapi pasti industri koran dan majalah akan mati ).

Televisi seperti RCTI, Trans dan SCTV kelak akan kolaps bukan krn persaingan sesama pemain di industri yg sama, tapi dari makhluk alien bernama Youtube. Di Amerika, jumlah pemirsa televisi dikalangan anak muda dan remaja, menurun drastis. Dan semua lari ke Youtube. Ini juga kelak akan terjadi di tanah air.

Industri taksi seperti Blue Bird goyah bukan karena pesaing sesama taksi, namun dr layanan taksi independen berbasis aplikasi. Di banyak negara, banyak perusahaan taksi konvensional mati digilas Uber dan layanan taksi berbasis aplikasi lain nya.

Dan kini produsen Toyota, BMW dan Mercedes Benz takut bukan karena persaingan sesama mereka. Namun krn kehadiran *TESLA*, yg entah dari mana tiba2 melakukan inovasi radikal dgn produk mobil berbasis elektrik, dengan teknologi mobil tanpa sopir atau otonom ( Autopilot Hardware ) ( Minggu lalu, mobil seri Tesla3 terjual hingga 300 ribu unit hanya dalam dua hari, padahal unitnya baru dirilis 2018. Jadi inden-nya dua tahun ).

Manusia yg dapat segera beradaptasi dengan perubahan keadaan lingkungannya maka dia akan survive. Jika tidak dapat beradaptasi perubahan maka mereka akan tersingkir dan punah dari lingkungannya. Ide perubahan dan kreatif adalah salah satu wujud syukur.

"Kuncinya adalah kerendahan hati & mau belajar dari kelebihan orang lain, jangan pernah meremehkan apapun & siapapun".

HARAPAN

Ada satu pertanyaan besar yang kerap menyergap kepala saya: mengapa orang-orang rela membayar mahal untuk sebuah seminar motivasi sukses padahal mereka niscaya tahu kesuksesan tak pernah digaransi oleh pemateri?

Saya teringat seorang kawan di titik ini, namanya Bush. Bukan orang Amerika, tetapi Nyabakan, Madura—sebuah wilayah pelosok yang bila Anda pernah tiba ke sana, pasti Anda akan bertanya dengan nada heran padanya: “Bagaimana kamu bisa tahu di dunia ini ada kota bernama Jogja?” Aslinya Busairi, agar keren dinukillah jadi Bush saja.

Ia punya Vespa tua, yang bila mengerem harus dibantu oleh terjangan kaki ke aspal. Bila seminggu saja Vespa itu tak mogok, itu mukjizat. Suatu hari, ia berkisah betapa ia sangat ingin mengikuti sebuah seminar sukses bisnis di JEC. Tarifnya satu juta. Dengan menggebu, dia bilang, “Apa Vespaku dijual saja ya untuk beli tiket seminar itu?”

Kami ngakak. Sengakak-ngakaknya, meski wajahnya yang tak putih menjadi kehitaman. Ia lalu menukas dengan serius, “Aku juga ingin sukses!”

Ihwal ia jadi ikut seminar itu atau tidak, saya sepenuhnya lupa. Tetapi, keseriusannya untuk menjual Vespa andalannya demi mengikuti seminar sukses bisnis itu menyentak nalar saya kini: betapa semua orang membutuhkan harapan dalam hidupnya. “

SEJAWAT
Orang boleh kehilangan segalanya, kecuali harapan, sebab harapan adalah yang terindah dalam hidup manusia.

"SIAPKAN MASA DEPAN"

Suatu Hari Seorang musafir lewat di suatu kampung. Ia melihat penduduk kampung lagi berkumpul ramai sekali,Mereka sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar. 

Setelah mencari tahu, ternyata penduduk kampung itu lagi membicarakan siapa yang bersedia mau menjadi Pemimpin. Ia menjadi heran, kenapa orang-orang ini justru mencari siapa yang mau menjadi pemimpin, karena menurut kebiasaan, orang malah rebutan untuk jadi pemimpin. 

Rupanya ada suatu tradisi aneh di kampung itu. Setiap pemimpin Yang Telah selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke suatu tempat yang sangat berbahaya. Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa. Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar lagi dgn selamat.
 

Setelah berpikir sejenak ia menawarkan diri untuk menjadi pemimpin di kampung itu. Tentu saja penduduk kampung menjadi heran sekaligus senang. Dengan penuh yakin ia menanda tangani perjanjian untuk menjadi pemimpin dan siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas.
 

Namun musafir ini ternyata seorang yang sangat cerdas. Pantas sekali ia berani menawarkan diri jadi pemimpin negeri itu. 
Di tahun pertama dan kedua ia mengumpulkan dana yang sangat besar.
 

Pada tahun ketiga ia menugaskan orang untuk membuat jalan ke padang pasir tempat yang akan dijadikan tempat pembuangannya.
 

Tahun keempat ia membersihkan tempat itu dari binatang buas dan berbisa.
 

Tahun kelima ia memerintahkan orang untuk mengalirkan air dan menanaminya dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.
 

Tahun keenam sampai kedelapan ia menyulapnya menjadi kota yang sangat megah dan membuat istana yang indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti.
 

Akhirnya pada tahun kesembilan ia justru merindukan jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah masa depannya.Itulah gambaran dunia bagi orang yang sadar.
 

Ada orang yang merasa cemas akan masa depannya karena ia membiarkan rumah masa depannya dipenuhi binatang buas dan berbisa. Rumahnya hancur berantakan, bahkan dipenuhi api. Tapi bila kita persiapkan dengan segala kebenaran, justru akan membuat kita semangat utk menghadapinya.
 

Ia malah merasa asing dan tidak betah dengan keadaan saat ini, karena berharap segera menempati kampung nan indah di seberang sana.
 

Orang yang BIJAK adalah orang yang mempersiap kan diri untuk kehidupan masa depannya. Dan orang yang teramat bodoh adalah orang yang mengorbankan kehidupan demi kesenangan semata-mata. 

Sejawat
Jadilah orang yang BIJAK, Manfaatkan waktu yang ada untuk menyiapkan sesuatu yang lebih baik buat masa depan kita.
 

Semoga Bermanfaat

MENDENGAR 1000 KALI TIDAK SEBANDING DENGAN MELIHAT SEKALI

Daripada mendengar 1000 kali, lebih baik mendengar sekali-Alkisah, di Tiongkok, suku Qiang datang menyerbu negara Han dari perbatasan bagian barat. Kaisar Xuan menyuruh Zhao Chong memimpin pasukan untuk melawan suku Qiang.Kaisar menanyakan pada Zhao berapa pasukan tambahan yang dibutuhkan.Zhao Chong berkata, 

“Hamba belum mampu memastikan, 

Yang Mulia.”Sang Kaisar pun menyarankannya untuk mengutus orang melihat keadaan di garis depan sebelum berperang. Namun, Zhao Chong menolaknya.

“Daripada mendengar orang lain sebanyak 100 kali, lebih baik hamba melihat dengan mata kepala hamba sendiri, Yang Mulia. Izinkan hamba untuk pergi ke garis depan memastikannya, Yang Mulia,” ujar Zhao Chong.

Setelah mendapat izin, ia pun berangkat ke garis depan, meneliti keadaan bumi, menyelidiki posisi pasukan musuh. Dengan informasi tersebut, Zhao Chong menyusun rencana peperangannya dengan sangat sukses ia dapat mengalahkan suku Qiang itu.

Kisah inilah yang menjadi asal usul peribahasa Tiongkok, “百闻不如一见” (bǎi wén bù rú yī jiàn) yang memiliki arti harfiah "mendengar 100 kali tidak sebanding dengan melihat sekali". Makna dari peribahasa ini ialah Jangan mudah percaya dengan apa yang dikatakan orang lain. Lebih baik melihat dengan mata kepala sendiri daripada hanya mendengarkan.

Peribahasa ini mengingatkan kita bahwa untuk memahami sesuatu, lebih baik terjun langsung ke lapangan, bukan hanya mendengar cerita dari orang lain. Intinya, pemahaman itu akan mudah diperoleh dengan mantap jika kita merasakan langsung, baik yang kita lihat, dengar, atau rasakan. 

Makna lainnya adalah kesimpulan yang tepat hanya bisa dicapai setelah penyelidikan yang dilakukan pada sumber masalah.

Jumat, 22 Juli 2016

FITNAH

“Kiai, maafkan saya! Maafkan saya!” Aku tersungkur-sungkur di kaki Kiai Husain. Aku memegangi dua tungkai kakinya yang kurus. Aku berusaha merendahkan kepalaku sedalam-dalamnya. Tetes-tetes air mata mulai menerjuni kedua tebing pipiku. “Maafkan saya, Kiai… Maafkan saya…” Aku terus-menerus mengulangi kalimat itu.

Dua tangan Kiai Husain memegang lengan kiri dan kananku, “Bangunlah,” katanya, “Aku sudah memaafkanmu.”

“Tapi, Kiai…” Aku terus berusaha merendahkan diriku di hadapan Kiai Husain yang sedang berdiri, “Bagaimana mungkin semudah itu? Bagaimana mungkin semudah itu?”

Kali ini Kiai Husain mencengkram kedua bahuku dan berusaha mengangkat tubuhku, “Berdirilah,” katanya, “Aku sudah memaafkanmu.”

Dengan lunglai, aku berdiri. Aku terus menundukkan wajahku. “Bagaimana mungkin semudah itu, Kiai?” Aku terus mengulangi ketidakpercayaanku.

Kiai Husain tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau akan belajar dari semua ini,” katanya, “Apapun yang telah kau katakan tentangku, tak akan mengubah apapun dari diriku.”

Aku terus menundukkan kepalaku. Aku didera malu luar biasa oleh sosok yang dalam beberapa minggu belakangan bahkan beberapa bulan terakhir ini kujelek-jelekkan secara membabi-buta. Bukan hanya membicarakan hal-hal buruk darinya: kiai palsu lah, kiai partisan lah, kiai liberal lah—bahkan aku juga menyebarkan fitnah-fitnah keji tentangnya: Bahwa pesantrennya dibiayai cukong-cukong hitam, bahwa ia menganut aliran sesat, bahwa ia tak Ingin Islam maju, dan apapun saja yang bisa menjatuhkan harga diri dan nama baiknya.

Aku mentap Kiai Husain yang kini sedang merapikan beberapa kitab di rak-rak di ruang bacanya. Bagaimana mungkin selama ini aku tega menghina, menjelekkan dan memfitnahnya hanya gara-gara ia memiliki pilihan dan pendapat yang berbeda denganku? Padahal aku tahu hari-harinya dihabiskan untuk mempelajari ilmu agama, waktu luangnya diisi dengan membaca al-Quran dan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah, dan kebaikan hatinya telah meringankan serta melapangkan banyak kesulitan orang-orang di sekelilingnya. Apalah aku ini dibandingkan kemuliaan dirinya? Siapalah aku ini dibandingkan keluhura budi pekertinya?

***

“Kiai, ajarkan saya sesuatu yang bisa menghapuskan kesalahan saya ini.” Aku berusaha menjaga nada bicaraku, tak ingin sedikitpun sekali lagi menyinggung perasaannya.

Kiai Husain terkekeh. “Apa kau serius?” Katanya.

Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh keyakinan. “Saya serius, Kiai. Saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya.”

Kiai Husain terdiam beberapa saat. Ia tampak berfikir. Aku sudah membayangkan sebuah doa yang akan diajarkan Kiai Husain kepadaku, yang jika aku membacanya beberapa kali maka Allah akan mengampuni dosa-dosaku. Aku juga membayangkan sebuah laku, atau tirakat, atau apa saja yang bisa menebus kesalahan dan menghapuskan dosa-dosaku. Beberapa jenak kemudian, Kiai Husain mengucapkan sesuatu yang benar-benar di luar perkiraanku. Di luar perkiraanku—

“Apakah kau punya sebuah kemoceng di rumahmu?” Aku benar-benar heran Kiai Husain justru menanyakan sesuatu yang tidak relevan untuk permintaanku tadi.

“Maaf, Kiai?” Aku berusaha memperjelas maksud Kiai Husain.

Kiai Husain tertawa, seperti Kiai Husain yang biasanya. Diujung tawanya, ia sedikit terbatuk. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menghampiriku, “Ya, temukanlah sebuah kemoceng di rumahmu,” katanya.

Tampaknya Kiai Husain benar-benar serius dengan permintaannya. “Ya, saya punya sebuah kemoceng di rumah, Kiai. Apa yang harus saya lakukan dengan kemoceng itu?”

Kiai Husain tersenyum.

“Besok pagi, berjalanlah dari rumahmu ke pondokku,” katanya, “Berjalanlah sambil mencabuti bulu-bulu dari kemoceng itu. Setiap kali kau mencabut sehelai bulu, ingat-ingat perkataan burukmu tentang aku, lalu jatuhkan di jalanan yang kau lalui.”

Aku hanya bisa mengangguk. Aku tak akan membantahnya. Barangkali maksud Kiai Husain adalah agar aku merenungkan kesalahan-kesalahanku. Dan dengan menjatuhkan bulu-bulunya satu per satu, maka kesalahan-kesalahan itu akan gugur diterbangkan waktu…

“Kau akan belajar sesuatu darinya,” kata Kiai Husain. Ada senyum yang sedikit terkembang di wajahku.

***

Keesokan harinya, aku menemui Kiai Husain dengan sebuah kemoceng yang sudah tak memiliki sehelai bulupun pada gagangnya. Aku segera menyerahkan gagang kemoceng itu pada beliau.

“Ini, Kiai, bulu-bulu kemoceng ini sudah saya jatuhkan satu per satu sepanjang perjalanan. Saya berjalan lebih dari 5 km dari rumah saya ke pondok ini. Saya mengingat semua perkataan buruk saya tentang Kiai. Saya menghitung betapa luasnya fitnah-fitnah saya tentang Kiai yang sudah saya sebarkan kepada begitu banyak orang. Maafkan saya, Kiai. Maafkan saya…”

Kiai Husain mengangguk-angguk sambil tersenyum. Ada kehangatan yang aku rasakan dari raut mukanya. “Seperti aku katakana kemarin, aku sudah memaafkanmu. Barangkali kau hanya khilaf dan hanya mengetahui sedikit tentangku. Tetapi kau harus belajar seusatu…,” katanya.

Aku hanya terdiam mendengar perkataan Kiai Husain yang lembut, menyejukkan hatiku.

“Kini pulanglah…” kata Kiai Husain.

Aku baru saja akan segera beranjak untuk pamit dan mencium tangannya, tetapi Kiai Husain melanjutkan kalimatnya, “Pulanglah dengan kembali berjalan kaki dan menempuh jalan yang sama dengan saat kau menuju pondokku tadi…”

Aku terkejut mendengarkan permintaan Kiai Husain kali ini, apalagi mendengarkan “syarat” berikutnya: “Di sepanjang jalan kepulanganmu, pungutlah kembali bulu-bulu kemoceng yang tadi kaucabuti satu per satu. Esok hari, laporkan kepadaku berapa banyak bulu yang bisa kau kumpulkan.”

Aku terdiam. Aku tak mungkin menolak permintaan Kiai Husain.

“Kau akan mempelajari sesuatu dari semua ini,” tutup Kiai Husain.

***

Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menemukan bulu-bulu kemoceng yang tadi kulepaskan di sepanjang jalan. Hari yang terik. Perjalanan yang melelahkan. Betapa sulit menemukan bulu-bulu itu. Mereka tentu saja telah tertiup angin, atau menempel di sebuah kendaraan yang sedang menuju kota yang jauh, atau tersapu ke mana saja ke tempat yang kini tak mungkin aku ketahui.

Tapi aku harus menemukan mereka! Aku harus terus mencari ke setiap sudut jalanan, ke gang-gang sempit, ke mana saja!

Aku terus berjalan.

Setelah berjam-jam, aku berdiri di depan rumahku dengan pakaian yang dibasahi keringat. Nafasku berat. Tenggorokanku kering. Di tanganku, kugenggam lima helai bulu kemoceng yang berhasil kutemukan di sepanjang perjalanan.

Hari sudah menjelang petang. Dari ratusan yang kucabuti dan kujatuhkan dalam perjalanan pergi, hanya lima helai yang berhasil kutemukan dan kupungut lagi di perjalanan pulang. Ya, hanya lima helai. Lima helai.

***

Hari berikutnya aku menemui Kiai Husain dengan wajah yang murung. Aku menyerahkan lima helai bulu kemoceng itu pada Kiai Husain. “Ini, Kiai, hanya ini yang berhasil saya temukan.” Aku membuka genggaman tanganku dan menyodorkannya pada Kiai Husain.

Kiai Husain terkekeh. “Kini kau telah belajar sesuatu,”katanya.

Aku mengernyitkan dahiku. “Apa yang telah aku pelajari, Kiai?” Aku benar-benar tak mengerti.

“Tentang fitnah-fitnah itu,” jawab Kiai Husain.

Tiba-tiba aku tersentak. Dadaku berdebar. Kepalaku mulai berkeringat.

“Bulu-bulu yang kaucabuti dan kaujatuhkan sepanjang perjalanan adalah fitnah-fitnah yang kausebarkan. Meskipun kau benar-benar menyesali perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya, fitnah-fitnah itu telah menjadi bulu-bulu yang beterbangan entah kemana. Bulu-bulu itu adalah kata-katamu. Mereka dibawa angin waktu ke mana saja, ke berbagai tempat yang tak mungkin bisa kau duga-duga, ke berbagai wilayah yang tak mungkin bisa kauhitung!”

Tiba-tiba aku menggigil mendengarkan kata-kata Kiai Husain. Seolah-olah ada tabrakan pesawat yang paling dahsyat di dalam kepalaku. Seolah-olah ada hujan mata pisau yang menghujam jantungku. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin mencabut lidahku sendiri.

“Bayangkan salah satu dari fitnah-fitnah itu suatu saat kembali pada dirimu sendiri… Barangkali kau akan berusaha meluruskannya, karena kau benar-benar merasa bersalah telah menyakiti orang lain dengan kata-katamu itu. Barangkali kau tak tak ingin mendengarnya lagi. Tetapi kau tak bisa menghentikan semua itu! Kata-katamu yang telah terlanjur tersebar dan terus disebarkan di luar kendalimu, tak bisa kau bungkus lagi dalam sebuah kotak besi untuk kau kubur dalam-dalam sehingga tak ada orang lain lagi yang mendengarnya. Angin waktu telah mengabadikannya.”

“Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus beranak-pinak tak ada ujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah. Dosa yang terus berjalan diluar kendali pelaku pertamanya. Maka tentang fitnah-fitnah itu, meskipun aku atau siapapun saja yang kau fitnah telah memaafkanmu sepenuh hati, fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kau tak bisa membayangkan ujung dari semuanya. Bahkan meskipun kau telah meninggal dunia, fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi. Maka kau tak bisa menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukanmu kelak.”

Tangisku benar-benar pecah. Aku tersungkur di lantai. “Astagfirullah al-adzhim… Astagfirullahal-adzhim… Astagfirullah al-adzhim…” Aku hanya bisa terus mengulangi istighfar. Dadaku gemuruh. Air mata menderas dari kedua ujung mataku.

“Ajari saya apa saja untuk membunuh fitnah-fitnah itu, Kiai. Ajari saya! Ajari saya! Astagfirullahal-adzhim…” Aku terus menangis menyesali apa yang telah aku perbuat.

Kiai Husain tertunduk. Beliau tampak meneteskan air matanya.“ Aku telah memaafkanmu setulus hatiku, Nak,” katanya, “Kini, aku hanya bisa mendoakanmu agar Allah mengampunimu, mengampuni kita semua. Kita harus percaya bahwa Allah, dengan kasih sayangnya, adalah zat yang maha terus menerus menerima taubat manusia… InnaLlaha tawwabur-rahiim...

Aku disambar halilintar jutaan megawatt yang mengguncangkan batinku! Aku ingin mengucapkan sejuta atau semiliar istighfar untuk semua yang sudah kulakukan! Aku ingin membacakan doa-doa apa saja untuk menghentikan fitnah-fitnah itu!

“Kini kau telah belajar sesuatu,” kata Kiai Husain, setengah berbisik. Pipinya masih basah oleh air mata, “Fitnah-fitnah itu bukan hanya tentang dirimu dan seseorang yang kausakiti. Ia lebih luas lagi. Demikianlah, anakku, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan...”

Astaghfirullah al-adzhim!

FAHD PAHDEPIE

Melbourne, 17 Juli 2014

Jumat, 15 Juli 2016

SHOLEH TOTAL

Belum tentu shalatmu, puasamu, hajimu, yang akan membuatmu masuk surga. 
 Bisa jadi dengan ngladeni wong cilik yang akan mengantarmu ke surga.” 
 :: Allah yarham K.H. Abdullah Abbas ::
Di depan pintu surga terjadi keributan antara Malaikat Ridwan, Haji Barno, Kang Bejo, Kang Slamet, dan Lek Ontong.
“Pokoknya, saya harus masuk surga Kat, Malaikat,” gertak Haji Barno. “Bukankah kamu tadi melihat dengan gamblang, antara amal ibadahku dan amal burukku lebih banyak amal baikku.”
“Benar. Ini tadi saya mau bukakan pintu untuk sampeanLha dumadakan kok tiga orang ini teriak-teriak. Dan Gusti Allah memerintahkan menunda terbukanya pintu surga dan mendengarkan maksud dari orang-orang ini.” Malaikat Ridwan memberi penjelasan.
“Pokoknya saya harus masuk surga. Bukakan pintunya sekarang!” geram Haji Barno.
“Lho, yang berhak memerintah saya hanya Allah. Bukan kamu, Haji Barno!” Malaikat ganti menggertak. “Ada apa kalian menghalangi Haji Barno masuk surga?”
“Begini Tuan Malaikat yang terhormat. Saya hendak mohon keadilan, selama di dunia saya tidak bisa memohon keadilan karena saya wong cilik, orang kecil yang tidak berdaya di hadapan orang kaya, apalagi kaya plus berpangkat. Waaaah, bisa-bisa saya ke alam kubur lebih cepat, keluarga saya kehidupannya bisa carut-marut. Haji Barno ini memang taat shalat, haji berkali-kali, dan tak pernah telat zakat. Tapi mulutnya itu juga rajin maksiat, coba dicek ulang. Bagaimana dia memperlakukan orang-orang kecil macam saya dan teman-teman ini. Fitnah demi fitnah keji menyebar dari mulutnya. Setiap memberi sesuatu, lain waktu dia akan ngundat-undat.
“Sebentar, ngundat-undat itu bahasa Indonesianya apa?” tanya Malaikat Ridwan.
“Waduh, apa ya?” Tanya Kang Bejo kepada Kang Slamet.
“Gini Tuan Malaikat,” Kang Bejo mencoba memberikan penjelasan, “contohnya gini, suatu ketika sampean dikasih hadiah sama Malaikat Isrofil, tapi di lain waktu Malaikat Isrofil mengatakan di hadapan malaikat lain, ‘Si Ridwan itu lho, jadi malaikat kok bisanya cuma minta’ padahal sampean ada di situ, atau kalimat serupa yang lebih menyakitkan dan merendahkan kemalaikatan sampean. Bukankah itu full menyakitkan dalam hati? Sakitnya itu di sini (tunjuk dada), Tuan Malaikat.”
“Oh. Ya, meskipun kurang paham, saya terima alasan kalian. Lha apa Haji Barno ini tidak pernah minta maaf kepada kalian? Apalagi kalian tinggal di Indonesia, di sana ada tradisi lebaran yang populer dengan nama halalbihalal saat Idul Fitri, ajang untuk melebur dosa antar sesama. Wong negerimu itu demikian istimewanya gitu lho!”
“Sebagai orang kecil kami tahu diri, Tuan Malaikat. Beberapa kali Lebaran, kami yang kecil ini mendatangi Haji Barno, yah meskipun yang salah bukan kami. Tapi dalam tata krama dan etos budaya Indonesia, yang kecil mendatangi yang besar untuk menghaturkan permohonan maaf. Tujuan kami jelas, agar hubungan sesama manusia kami bisa sama-sama bersih. Seperti bupati, gubernur, menteri, atau bahkan presiden yang selalu mengadakan open house setiap tahun kepada rakyatnya, padahal bisa jadi mereka yang banyak berdosa kepada rakyatnya dengan menyalahgunakan wewenang dan jabatannya….”
“Kang Bejo…, please deh jangan sampai kepada pihak pemerintah segala. Apa kamu itu gak bisa mikir. Kalau pejabat itu mendatangi rumah rakyatnya satu demi satu, butuh waktu berapa bulan? Langsung fokus pada Haji Barno saja!” tegur Lek Ontong.
“Baik. Terima kasih atas koreksinya, Lek. Di saat Idul Fitri kami datangi dia (nunjuk Haji Barno), eee…, setelah salaman, mulutnya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Semisal, ‘Wes ndang jajane dibadog! Iki kesempatane wong kere-kere koyo dapuranmu kuwi iso mangan enak tur gratis.’ Sudah cepat dimakan snack-nya itu! Ini kesempatan kalian untuk makan yang enak-enak dengan gratis.’ Siapa yang tidak sakit hati diperlakukan demikian, Tuan Malaikat? Nah setelah berkali-kali lebaran mendapatkan perlakuan demikian, maka saya sudah tidak sudi lagi untuk datang kepadanya,” Kata Kang Bejo
Kang Slamet menambahi, “Nah, sewaktu di dunia dulu saya mendengar tokoh agama yang mengatakan, ‘Kalau hukum di dunia masih bisa dimanipulasi, bisa dipermainkan, kejahatan dengan hukuman tidak sepadan. Mencuri ayam seekor divonis lima tahun penjara, sedangkan korupsi divonis setahun doang. Bahkan bisa bebas, bas, bas, bas tanpa syarat. Atau kalaupun dihukum atawa dipenjara masih bisa pergi ke mana-mana. Contohnya kalau di negara saya Gayus Tambunan itu, lhoo. Perlakuannya ketika dipenjara pun berbeda. Kalau wong cilik, satu sel bisa untuk narapidana dua puluh atau lima belasan. Tapi kalau untuk yang berduit dan berpangkat, ruang tahanannya pun fasilitasnya lux. Ada tivinya, ada ruang karaoke, bahkan ada ruang khusus untuk hahaheho, alias ruang ngeseks dengan istri atawa dengan ehm selingkuhan. Di ahirat yang salah ya salah dan dihukum sesuai kesalahannya!’ begitu kata ustadz itu Tuan Malaikat”
“Sudah, sudah. Sekarang kita timbang ulang kebaikan lagi saja. Ini perintah Tuhan!”
Malaikat Ridwan mengajak Haji Barno untuk hitung-hitungan amal ulang. Setelah dihitung ulang, ibadah demi ibadah ritual Haji Barno habis diberikan sebagai “bayar utang” atau ganti rugi kesakitan dan penderitaan hati akibat caci, fitnah, maupun kekejian-kekejian lain selama di dunia. Sampai akhirnya ibadah ritual Haji Barno habis terkuras, dan tinggal tersisa keburukannya.
***
Ilustrasi di atas bisa menimpa siapa saja, tak harus orang kaya, bisa jadi yang miskin pun merugi akibat perbuatan sepele tapi ndadekne gawe itu. Saya tidak asal membuat cerita tanpa lambaran yang bisa dipertanggungjawabkan. Rasulullah Saw. sebagai penyampai risalah Allah mengabarkan hal yang demikian kepada para sahabatnya. Dalam bahasa Rasulullah Saw., orang-orang yang secara hitung-hitungan awal itu menjadi akhir surga tapi pada akhirnya menjadi ahli neraka sebagai al muflis, orang yang bangkrut. Bagaimana tidak bangkrut jika gunung kebaikan yang dibawanya habis untuk menebus ketidakmampuannya menjaga anggota tubuh secara kaffah.
Umat Islam itu unik (saya tidak tahu umat agama lain bagaimana) demi meraih surga ibadah yang berat-berat dilakukan, termasuk “konser” keagamaan. Lihat saja pengajian demi pengajian bermunculan, minimal dalam satu tahun ustadz dan kiai didatangkan untuk  memberikan taushiyah, mulai dari Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriah, bahkan masih ada haul, ada pula pengajian mingguan, belum lagi acara-acara keagamaan di layar kaca setiap hari di bulan Ramadhan. Namun, acara demi acara keagamaan itu seolah-olah menjadi seremonial belaka, seperti konsernya Cita Ting Ting. Tak usah protes, saya juga tahu kalau aslinya Cita Citata atawa Ayu Ting Ting bin Abdul Rojak J
Namun ibadah yang terlihat sederhana tapi besar nilainya tak diindahkan. Karena memang kalah populer dan terlihat sederhana. Semisal tersenyum atau menunjukkan wajah keakraban kepada siap saja, menyantuni anak yatim, dan membela orang tertindas, atau menjaga lisan agar tidak terlibat dalam pemfitnahan dan pencacian kepada sesama saudara. Lihat saja, di sekitar kita, betapa banyak orang yang enggan kerja bakti membersihkan lingkungan, karena dianggap kurang islami dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan shalat dhuha, karena terlihat lebih islamiSeolah-olah lupa atau tidak tahu bahwa Al muta’addi afdholu min alqasiir, ibadah yang memiliki efek kebaikan dan dirasakan langsung masyarakat itu lebih utama daripada amal kebaikan yang manfaatnya untuk diri sendiri.
Ada pula orang yang demikian terpacu untuk menjalankan shalat jamaah, puasa, dan haji. Namun tidak membiasakan diri mendidik lisannya. Setelah shalat, misalnya, ngrasani tetangga atau saudara bahkan menyebarkan fitnah keji dan seterusnya. Bisa juga mencaci orang-orang yang belum shalat. Seolah-olah dengan shalat yang dilakukan itu surga sudah berada dalam genggamannya. Ia lupa bahwa output shalat yang sejati adalah tanha ‘anil fahsa’, mencegah dari perbuatan maupun sikap keji, tercela, dan mungkar.
Betapa banyak hikayat yang seharusnya menjadikan umat Islam bermuhasabah, kemudian melakukan perbaikan diri dengan tidak menyepelekan kebaikan-kebaikan kecil namun bisa berimbas besar di dunia maupun di akhirat. Bukankah Tuhan tidak melihat besar dan kecilnya suatu amal, tapi Dia melihat keikhlasannya. Bukankah lebih baik memberi seratus ribu tapi uiiikhlas, daripada seribu tapi tak ikhlas! Tak usah didebat!
Ada hikayat, semisal seorang pelacur, bahasa halusnya PSK, yang diampuni dosanya ketika memberi minum kepada anjing yang kehausan. Ada pula hikayat, seorang ahli ibadah yang masuk neraka karena menyiksa kucing sepanjang malam. Bukankah ini hikayat yang inspiratif! Namun jangan gagal paham setelah membaca tulisan ini. Bukan berarti saya menyuruh kalian untuk mencari anjing kehausan kemudian memberinya minum, tanpa melaksanakan shalat, terus lanjut maksiat.
Pelajaran yang bisa diambil adalah : 
Mengasihi hewan saja, Allah menilainya dengan kebaikan yang layak masuk surga, apalagi jika mengasihi dan merahmati sesama manusia. Tak harus muluk-muluk dalam merahmati, semampunya saja. Mungkin sesuatu yang bagi kita kurang istimewa, namun cukup istimewa orang lain. Sepiring nasi demikian bermanfaat dan berharga bagi tetangga yang kelaparan. Coba sesekali hitung berapa kali mereka mengucapkan “terima kasih”? Kau tahu alasannya? Yah. Karena engkau telah menyandera hatinya dengan kebaikan yang tidak akan mereka lupakan. Wong-wong cilik yang kau karibi dengan kebaikan itu akan menjagamu di dunia dengan doa-doa tulusnya dan kelak di akhirat akan menjadi tamengmu dari jilatan api neraka!

Senin, 11 Juli 2016

" ALLAH SWT PEDULI KEPADAKU, ANDA, dan KITA SEMUA ".

Pernahkah sejawat menyadari ketika kita duduk santai dan menikmati hari kita, tiba-tiba terpikirkan oleh kita ingin berbuat suatu kebaikan untuk orang lain? Itu adalah Allah yang sedang berbicara dengan kita dan mengetuk pintu hati kita (QS 4:114, 2:195, 28:77)

=======================

Pernahkah saat kita sedang sedih, kecewa tetapi tidak ada orang disekitar kita yang dapat dijadikan tempat curahan hati? Itu adalah Allah yang sedang rindu pada kita dan ingin agar kita berbicara padaNYA

قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ya´qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya".
(QS: Yusuf Ayat: 86)

=========================
Pernahkah tanpa sengaja kita memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba orang tersebut muncul, atau kita bertemu dengannya atau menerima telepon darinya? Itu adalah kuasa Allah yang sedang menghibur kita. Tidak ada yang namanya kebetulan

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ﴿ە۱۹﴾ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًۭا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ﴿۱۹۱

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

===========================
Pernahkah kita mendapatkan sesuatu yang tidak terduga, yang selama ini kita inginkan tapi rasanya sulit untuk didapatkan? Itu adalah Allah yang mengetahui dan mendengar suara batin kita serta hasil dari benih kebaikan yang kita taburkan sebelumnya

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” ( QS. ath-Thalaq, 65: 2-3)

==========================
Pernahkah kita berada dalam situasi yang buntu, semua terasa begitu sulit, begitu tidak menyenangkan, hambar, kosong, bahkan menakutkan? Itu adalah saat Allah mengizinkan kita untuk diuji. Allah ingin mendengar rintihan serta doa kita agar kita menyadari akan keberadaanNYA

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ ٱلْمُجَٰهِدِينَ مِنكُمْ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبْلُوَا۟ أَخْبَارَكُمْ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (QS: Muhammad Ayat: 31)

==========================
La Tahzan Sejawat, Sesungguhnya Allah SW Peduli kepada saya, anda dan kita semua,  Kasih sayang dan Kuasa Allah SWT  akan senantiasa selalu ada disaat kita hambanya merasa dirinya tidak mampu.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS: Al-Baqarah Ayat: 186)

ALLAH TAK PERNAH MENGIRIM TAGIHAN

Seorang Syaikh berusia 80 thn mengalami infeksi pada telinganya
yang nyaris membuatnya tuli. Dokter menyarankan untuk melakukan operasi atas telinganya supaya tidak kian menjadi tuli, dan Syaikh itupun menerimanya. Setelah operasi sukses, dan Syaikh itu bisa mendengar kembali dengan jelas, maka datanglah tagihan biaya atas operasi telinganya. Syaikh itu melihat tagihan operasinya, tiba2 menangis.

Dokter yg melihat sang Syaikh itu merasa iba dan mengatakan bahwa bila tagihan itu terlalu tinggi maka ia akan membebaskan biaya dokter.
Maka sang Syaikh menjawab: “Aku Bukan Menangis Karena Uang Yang
Akan Aku Keluarkan, Tapi Aku Menangis Karena Allah Telah Memberiku Pendengaran Yang Jelas Selama 80 Tahun, Namun Allah Tidak Pernah Mengirimiku Tagihan.”

===========================
Selamat malam sejawat ......

HATI YANG BERGETAR KARENA ALLAH SWT

Saya memandangi foto laki – laki tua , berusia kurang lebih 70 tahunan.  laki – laki itu adalah Abah. Begitu kami memanggilnya. Saya memadang haru foto Abah, sebuah foto  Abah  tengah berpakaian  ihram. 

Begitu ada rezeki kami sepakat untuk mengumroh-kan Abah bersama dua pekerja kebun saya di Malang. Mendengar kata Umroh mata abah tampak berkaca – kaca  ,kalimat tauhid pun terus menerus keluar dari ucapannya bahkan  Air matanya tak henti – henti menangis ketika pertama kali kakinya menginjak rumah Allah....

Yayasan Yatim Piatu kami memang tidak terlalu besar, di dalam yayasan terdapat  Musholla kecil  untuk sholat pengurus yayasan dan tempat mengaji anak - anak. Dan Abah adalah orang pertama yang menawarkan diri untuk mengurus musholla itu sekaligus mengajari anak – anak mengaji.

Sejauh ini kami tidak tahu darimana abah berasal, saya tergolong orang yang sungkan untuk menanyakan hal – hal yang berbau pribadi , dengan Abah menawarkan diri itu sudah cukup buat saya. Sehari-hari Abah bekerja sebagai tukang becak. Abah sudah menjadi bagian keluarga kami, setiap hari abah dengan rajin membersihkan kamar mandi, tempat wudhu dan halaman disekitar yayasan yatim piatu diluar jam kerjanya sebagai tukang becak, biasanya beliau hadir setiap maghrib dan shubuh.

Hampir setiap shubuh Abah sudah berada di mushola, membantu membangunkan anak – anak untuk sholat setelah mengajari ngaji Abah langsung melanjutkan  aktifitasnnya  mengepel lantai teras, menyapu jalanan Yayasan, membersihkan kamar mandi dan tempat wudhu.

Debalik kesederhaannya , beliau adalah jamaah yang rajin, selalu ikut shalat berjamaah. Hebatnya masih sempat berganti baju yang rapi, lengkap dengan kopiah dan sarung. Setiap bulan di yayasan kami mengadakan  pengajian dan ceramah  Abah juga hadir, kadang-kadang ikut mengajukan pertanyaan dengan bahasa yang sering mengundang tawa, jauh dari kedalaman intelektual. Tidak jarang pula ketika tiba saatnya waktu shalat dan kebetulan tidak ada orang yang adzan, Abahlah yang melantunkan adzan, dan lagi-lagi dengan lafadz yang tidak begitu sempurna.

================================
Selamat sore sejawat

Tidak sulit untuk membaca keadilan Allah dalam urusan ini. Seandainya surga disediakan hanya untuk orang beriman yang pintar, banyak membaca buku, ilmu yang dalam, menguasai bahasa Arab, punya banyak referensi kitab para mufassir, tidak lupa dilengkapi dengan kajian orientalis, maka tidak ada tempat buat Abah di surga.

Namun surga disediakan bagi orang yang bertaqwa, dengan tingkat dan kemampuan berpikirnya masing-masing bisa merasakan takut dan tunduk kepada Allah, lalu mengerjakan semua perintah dan menghindari semua larangan atas dasar rasa takut dan tunduk tersebut. Surga disediakan buat orang yang punya koneksi dengan Allah sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an :

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (1) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)

(2) Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,
(3)  (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
(4)  Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. ( QS al-Anfaal : 2-4)

Mengingat semua pelajaran ini, saya membungkukkan diri dalam-dalam, menyatakan pengakuan bahwa Abah jauh lebih mulia dari saya…