Jumat, 08 Juli 2016

BETAPA MAHALNYA TIKET KE NERAKA

( Renungan di Sebuah Rumah Makan, setelah bertemu sahabat lama yang hampir 10 Tahun tidak bertemu, Jazakhilah akh buat ceritanya , semoga mjd ibrah buat kita semua )

==================================
Suaranya sedikit serak dan matanya berkaca-kaca. Ia menuturkan betapa gembira istri dan anak-anaknya waktu mereka diajak makan malam di sebuah restoran . “Rasanya sudah lama sekali Thia, saya tidak berbincang-bincang dengan istri dan anak-anak saya,” tuturnya.

“Sekali-sekali makan di luar bersama keluarga sangat menyenangkan. Istri dan anak-anak saya kelihatan sangat berbahagia. Anak-anak saya banyak bercerita tentang berbagai kegiatannya dan juga banyak bertanya tentang berbagai macam hal. “Yang terpenting, kata teman saya itu, biaya untuk membahagiakan keluarga ternyata murah, tidak mahal”.

===================================
Saya terus menyimak apa yang dikatakan sahabat saya ini, saya ikut terharu atas perubahannya....

Lalu sahabat saya  membandingkan dengan berbagai kegiatannya sebelumnya.

Saya bukan pemabuk Thia, hanya sekali-sekali  mabuk, kalau kelewat batas meminum minuman beralkohol. Pada restoran sedikit di atas kelas menengah, satu gelas single Whiskey dan Tequila adalah Rp 30.000. Kalau ingin gaya sedikit, sebotol Champagne harganya lebih dari Rp 1 juta. Bayangkan Thia “Dengan uang sebanyak itu, saya dapat membahagiakan istri dan anak-anak saya untuk makan-makan di restoran lebih dari lima kali,” katanya.

Saya juga bukan penyanyi Thia, tetapi  suaraku lumayan bagus. Sempat berfikir, “Kalau saya lelah jadi pengusaha, saya akan menjadi penyanyi”. Tahu sendiri lah Thia,  minum-minuman keras di karaoke. Biaya yang dikeluarkan untuk menyewa ruang karaoke kelas VIP adalah Rp 1 juta dan untuk lebih meriah ia menyewa pemandu lagu (PL) dengan harga Rp 200.000 per jam.. “Seringkali saya kebablasan. Dari ruang karaoke pindah ke kamar hotel”. Jumlah uang yang dihamburkannya dalam semalam, menyamai gaji guru besar  dalam sebulan.

“Itu belum seberapa Thia,” katanya. Suaranya terdengar bangga namun terselip ada nada pahit. “Pada diskotek yang elite dan mewah, pernah  saya menyewa hostes dua juta tiap jamnya. Dan Thia dapat memperkirakan berapa besar uang yang harus saya bayar kalau saya membawa hostes itu ke kamar hotel“.

Itu adalah bagian dari masa lalu saya Thia,” tambahnya. “Kini saya kembali ke pangkuan keluarga. Kembali kepada istri dan anak-anak saya.” “Mungkin inilah yang dinamakan hidayah,” katanya dengan mata menerawang jauh. “Saya hampir bangkrut karena judi. Mula-mula hanya iseng, recehan, seribu dua ribu rupiah, agar main gaplenya lebih serius. Namun, sekali lagi saya kebablasan, sebagian perusahaan saya sudah hilang dalam perjudian itu. Saya diselamatkan oleh rasa letih yang luar biasa, saya istirahat dan berhenti berjudi sehingga tidak semua perusahaan saya lenyap”.

“Hidup ini aneh Thia,” tambahnya. “Semua yang saya lakukan dahulu itu, seperti mabuk-mabukan, melacur, dan berjudi, adalah tiket menuju neraka yang menyengsarakan dan Thia tau sendiri tiket itu sangat mahal harganya. Kenapa lumayan banyak orang mau membeli tiket ke neraka yang harganya sangat mahal?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar