Saya memandangi foto laki –
laki tua , berusia kurang lebih 70 tahunan. laki – laki itu adalah
Abah. Begitu kami memanggilnya. Saya memadang haru foto Abah, sebuah
foto Abah tengah berpakaian ihram.
Begitu ada rezeki kami
sepakat untuk mengumroh-kan Abah bersama dua pekerja kebun saya di
Malang. Mendengar kata Umroh mata abah tampak berkaca – kaca ,kalimat
tauhid pun terus menerus keluar dari ucapannya bahkan Air matanya tak
henti – henti menangis ketika pertama kali kakinya menginjak rumah
Allah....
Yayasan Yatim Piatu kami memang tidak terlalu besar, di
dalam yayasan terdapat Musholla kecil untuk sholat pengurus yayasan
dan tempat mengaji anak - anak. Dan Abah adalah orang pertama yang
menawarkan diri untuk mengurus musholla itu sekaligus mengajari anak –
anak mengaji.
Sejauh ini kami tidak tahu darimana abah berasal,
saya tergolong orang yang sungkan untuk menanyakan hal – hal yang berbau
pribadi , dengan Abah menawarkan diri itu sudah cukup buat saya.
Sehari-hari Abah bekerja sebagai tukang becak. Abah sudah menjadi bagian
keluarga kami, setiap hari abah dengan rajin membersihkan kamar mandi,
tempat wudhu dan halaman disekitar yayasan yatim piatu diluar jam
kerjanya sebagai tukang becak, biasanya beliau hadir setiap maghrib dan
shubuh.
Hampir setiap shubuh Abah sudah berada di mushola,
membantu membangunkan anak – anak untuk sholat setelah mengajari ngaji
Abah langsung melanjutkan aktifitasnnya mengepel lantai teras, menyapu
jalanan Yayasan, membersihkan kamar mandi dan tempat wudhu.
Debalik
kesederhaannya , beliau adalah jamaah yang rajin, selalu ikut shalat
berjamaah. Hebatnya masih sempat berganti baju yang rapi, lengkap dengan
kopiah dan sarung. Setiap bulan di yayasan kami mengadakan pengajian
dan ceramah Abah juga hadir, kadang-kadang ikut mengajukan pertanyaan
dengan bahasa yang sering mengundang tawa, jauh dari kedalaman
intelektual. Tidak jarang pula ketika tiba saatnya waktu shalat dan
kebetulan tidak ada orang yang adzan, Abahlah yang melantunkan adzan,
dan lagi-lagi dengan lafadz yang tidak begitu sempurna.
================================
Selamat sore sejawat
Tidak
sulit untuk membaca keadilan Allah dalam urusan ini. Seandainya surga
disediakan hanya untuk orang beriman yang pintar, banyak membaca buku,
ilmu yang dalam, menguasai bahasa Arab, punya banyak referensi kitab
para mufassir, tidak lupa dilengkapi dengan kajian orientalis, maka
tidak ada tempat buat Abah di surga.
Namun surga disediakan bagi
orang yang bertaqwa, dengan tingkat dan kemampuan berpikirnya
masing-masing bisa merasakan takut dan tunduk kepada Allah, lalu
mengerjakan semua perintah dan menghindari semua larangan atas dasar
rasa takut dan tunduk tersebut. Surga disediakan buat orang yang punya
koneksi dengan Allah sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an :
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (1) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ
يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ
هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ
وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)
(2) Sesungguhnya orang-orang
yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,
(3) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
(4)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia. ( QS al-Anfaal : 2-4)
Mengingat semua pelajaran ini, saya membungkukkan diri dalam-dalam, menyatakan pengakuan bahwa Abah jauh lebih mulia dari saya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar