Sabtu, 23 Juli 2016

HARAPAN

Ada satu pertanyaan besar yang kerap menyergap kepala saya: mengapa orang-orang rela membayar mahal untuk sebuah seminar motivasi sukses padahal mereka niscaya tahu kesuksesan tak pernah digaransi oleh pemateri?

Saya teringat seorang kawan di titik ini, namanya Bush. Bukan orang Amerika, tetapi Nyabakan, Madura—sebuah wilayah pelosok yang bila Anda pernah tiba ke sana, pasti Anda akan bertanya dengan nada heran padanya: “Bagaimana kamu bisa tahu di dunia ini ada kota bernama Jogja?” Aslinya Busairi, agar keren dinukillah jadi Bush saja.

Ia punya Vespa tua, yang bila mengerem harus dibantu oleh terjangan kaki ke aspal. Bila seminggu saja Vespa itu tak mogok, itu mukjizat. Suatu hari, ia berkisah betapa ia sangat ingin mengikuti sebuah seminar sukses bisnis di JEC. Tarifnya satu juta. Dengan menggebu, dia bilang, “Apa Vespaku dijual saja ya untuk beli tiket seminar itu?”

Kami ngakak. Sengakak-ngakaknya, meski wajahnya yang tak putih menjadi kehitaman. Ia lalu menukas dengan serius, “Aku juga ingin sukses!”

Ihwal ia jadi ikut seminar itu atau tidak, saya sepenuhnya lupa. Tetapi, keseriusannya untuk menjual Vespa andalannya demi mengikuti seminar sukses bisnis itu menyentak nalar saya kini: betapa semua orang membutuhkan harapan dalam hidupnya. “

SEJAWAT
Orang boleh kehilangan segalanya, kecuali harapan, sebab harapan adalah yang terindah dalam hidup manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar