Senin, 02 Mei 2016

" 49.000,- "


Hari itu, hari Jumat yang dingin maklum Surabaya tengah gerimis.. saya keluar dari kampus menuju pelataran parkir, Halaman parkir pun tampak sepi, jam ditangan sudah menunjukkan pukul 17.00, sebentar lagi adzan Magrib, saya melongok kekiri dan kekanan mencari mobil saya dan almarhum pak Usman, tetapi saya tidak menemukannya. Ketika mencoba telp, ternyata saya hanya membawa satu bendel berkas disertasi salah satu mahasiswa. 
Sayai lupa bahwa tas dan hp dan lainnya tertinggal di dalam mobil karena tadi sedikit terburu - buru

Alhasil saya harus berjalan kaki untuk pulang, memang jarak dari kampus kerumah tidak terlalu jauh hanya 15 hingga 20 menit dengan kendaraan, tapi lumayan jauh juga untuk jalan kaki kurang lebih hampir 5 km. Sambil perlahan saya menyusuri sepanjang jalan Dharmahusada , hari yang melelahkan saat itu dalam hati pun saya sedikit mengutuk itulah hari paling melelahkan

Adzan mulai sudah mulai berkumandang ketika saya memutuskan untuk berhenti di salah satu masjid menunggu waktu Maghrib tiba dan berteduh karena gerimis semakin keras, Saya melihat seorang Bapak, tepatnya sudah kakek - kakek, dia merebahkan dirinya sedemikian rupa seakan - akan sedang tidur di halaman luar masjid. Dia mengenakan sebuah baju koko yang agak lusuh dengan sebuah kopiah di kepalanya, sarung motif kotak - kota berwarna coklat tua dengan tambalan disana sini, ada beberapa bagian sarung yang lubang

Tanpa bermaksut membangunkan saya duduk dihalaman masjid, jarak kurang lebih satu meter saja tempat bapak tua itu yang akhirnya saya tau bernama " Mbah Sholeh",

" Kehujanan Nak ?? sapanya"...."Inggih Mbah.."

" Kenapa tidak naik kendaraan, kok jalan kaki.."

Saya terdiam agak lama ragu - ragu dan malu untuk menceritakan kebodohan saya meninggalkan dompet dan hp dalam mobil dan yang kedua saya tidak ingin cerita saya membebani beliau ....Kenapa ?? tanya Mbah sholeh lagi

Entah bagimana akhirnya mengalir begitu saja cerita tentang kebodohan dan keteledoran saya itu seolah ingin menumpahkan kemarahan dan yang kedua saya ingin menangis karena kesal. Mbah Sholeh mendengarkan saya dengan seksama, sesekali kepalanya mengangguk, kemudian dia tersenyum sambil memandang saya...

Dari lipatan sarungnya dia mengeluarkan satu lembar uang dua puluh ribu, dua lembar uang sepuluh ribu, 1lembar uang lima rubu dan 4 lembar uang ribuan, kemudian dengan tatapan ikhlas Mbah Sholeh mengulurkan uang yang berjumlah "49 ribu" sambil mengatakan 

"Ambillah uang ini, buat ongkos pulang, tidak baik seorang wanita berjalan sendiri "

Ya Allah.. sungguh saya merasa malu, sebelumnya saya beprasangka kurang baik terhadap Mbah Sholeh, saya menolak pemberian Mbah Sholeh, tetapi mbah Sholeh tetap memaksa.. sambil menutup pembicaraan " sholatlah dulu setelah itu pulanglah "Setelah mengikuti jamaah Magrib, sengaja saya menunggu Mbah Sholeh untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi

Mbah Terima kasih, atas bantuannya., "Bagaimana saya mengembalikannya Mbah"
Sambil tersenyum mbah Sholeh mengatakan bahwa saya bisa mengembalikannya kapan saja, karena hampir setiap jumat mbah Sholeh ada di masjid itu, bila saya tidak bertemu dengan beliau , mbah sSholeh meminta saya untuk menginfaqkan setiap uang 49.000 yang saya bawa itu ke dalam masjid

----------------------

Dan sekarang sudah hampir 24 kali Hari Jumat dan saya belum bertemu Mbah Sholeh lagi dan belum memiliki kesempatan mengembalikan 49.000 milik Mbah Sholeh..Lebih dari itu pertemuan dengan mbah Sholeh memberi kesan bagi saya,

"Terkadang kita terus sibuk dengan prasangka dan sibuk menilai orang, sehingga kita tidak punya waktu bahkan lupa untuk mengasihi orang lain"

Mbah.... semoga desember nanti ketika saya pulang, kita bisa bertemu kembali. Aamiin Ya Rabbal Alamin

( Thia ,25 Oktober 2015 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar