Jumat, 01 April 2016

AISYAH, YOU ARE MY LITTLE ANGEL




Sejak dahulu saya senang dengan yang namanya anak–anak, bagi saya hadirnya makhluk kecil itu memang seperti keajaiban, betapa indah mata mereka ketika untuk pertama kalinya mereka membuka mata, melihat bibir mungil yang semula terkatup perlahan-lahan berubah menjadi rengek an kecil sampai akhirnya menangis ( Subhanallah… Maha Suci Allah).

Semacam ada ketenangan tersendiri ketika bersama mereka bercanda, bermain, memeluk dan menyapu air mata mereka, hmmm… senang rasanya melihat sesungging senyum dari bibir mungil dan terkadang sebuah ciuman mendarat di pipi saya ketika saya memberikan hadiah yang tak seberapa nilainya dan sungguuuuh…….., mereka memang malaikat-malaikat kecil pelipur lara.

Ingatan saya kembali melayang, kurang lebih enam tahun silam, ketika kami menemukan “bayi mungil” tergeletak di samping tong sampah dalam  kardus air mineral dengan berbungkus kain berwarna hijau lusuh. Malam itu suara tangisan kecilnya memecah kensunyian dan tak heran penghuni Yayasan di buat bingung mencari asal muasal suara tangisan bayi itu. Entah siapa orang tuanya yang begitu tega meletakannya di tengah malam hanya berbungkus kain yang sangat tipis. Bayi mungil itu begitu kedinginan (hipotermia), seluruh tubuhnya hampir saja membiru, rengek an kecilnya membuat kami teriris iris serasa begitu menyayat hati. Ya….. dialah “my litlle angel Aisya’h ( Ais).

Siapa yang menyangka kini setelah enam tahun dia tumbuh menjadi anak yang cerdas, pintar dan sholeh. Meskipun sangat belia Aisyah memiliki hati yang begitu lembut dan meneduhkan, tatapan matanya ceria, namun tutur katanya sarat dengan ketegaran dan bahkan setiap ucapannya terdengar lebih bijaksana di antara anak-anak seusianya. Aisyah menjadi mutiara di Yayasan dan kami semua sangat menyayanginya. Dia pun tumbuh bersama saudara–saudaranya yang lain yang bernasib sama.

Memang di Yayasan yatim piatu kami, tidak hanya menerima mereka yang tak berayah dan beribu, tetapi malaikat–malaikat kecil lainnya yang berkebutuhan khusus dan mereka bersama layaknya sebuah keluarga besar. Tiada orang tua, keluarga, dan keterbatasan fisik menjadikannya tegar.

Entahlah…, apakah saya juga setegar mereka tapi karena malaikat kecil itulah saya bisa kuat, tangan-tangan kecil mereka menjadi obat saya ketika hati saya gundah, sentuhan mereka di tubuh saya meluruhkan semua kesedihan saya, pelukan -pelukan yang membuat saya terlupa akan kepergian orang–orang yang saya sayangi. Semoga bisa membahagiakan mereka sebelum nyawa terlepas dari raga ini…

Pernah suatu kali saya bercakap-cakap dengan Aisyah dan terucap dari perkataannya “Ais pengen jadi dokter seperti bunda”. “Kenapa Ais pengen jadi dokter”? tanyaku balik.
“Ais pengen bisa menolong banyak orang bunda…”, ungkapan polos Ais
“Trus “?............ aku selaku memancing percakapan.Ais terdiam untuk beberapa saat dan  saya berusaha membalikkan tubuh mungilnya menghadap saya.
“Bunda

“….Ais pengen menyembuhkan teman–teman yang buta, biar mereka bisa melihat pelangi,            matahari, bunga, kupu – kupu, Ais pengen membelikan tongkat buat teman yang tak punya kaki biar mereka bisa jalan, Ais juga pengen membelikan mic untuk teman aisyah yang tidak bisa dengar, siapa tau bunda kalo ngomongnya pakai mic mereka bisa mendengar (Subahanalah..    malaikat kecilku )……..”

Saya peluk Asiyah erat, tak terasa airmata saya luruh juga…betapa tulus kata-katanya, “InshaAllah Aisyah bisa menjadi dokter sayang”… Itulah yang saya bisikan ditelinganya…”
Sembari memeluk Aisyah..saya merenung kembali ternyata setiap anak kalau diasuh dengan kasih saying mereka akan tumbuh kembang dengan sempurna dan saya teringat almarhum ibu yang belum pernah saya lihat, saya hanya mendengar cerita selama kehamilan saya ibu sangat menyayangi saya, ibu yang rela terbangun malam untuk berdoa bahkan menyiapkan sebuah nama cantik untuk saya di hari saat dia meninggal.

Dan saya juga mengingat Ayah saya,….. Ayah yang saya peluk erat ketika saya bersedih, Ayah yang yang selalu menenangkan saya ketika saya gundah, Ayah yag menjadikan saya wanita yang tegar, Ayah yang menyediakan pangkuannya setiap saya menangis, Ayah yang jemari tangannya menyentuh dan mengusap lembut kepala saya setiap saya mengharapkan do’a darinya.’ Dan Ayah yang menyediakan segudang maaf penuh keikhlasan setiap kenakalan saya dan ayah yang menjadi ibu bagi saya..

You are my little angel Aisyah, I love you..
(Thia, 6 Maret 2015)