Senin, 04 April 2016

" KECEWA ITU ADALAH PENYEMPURNA "



Seorang sahabat saya terang-terangan mengaku kecewa pada suaminya. Bukan hanya pemalas tapi juga dingin, acuh dan sesekali bertindak kasar pada anak-anak mereka. Dilain waktu sahabat saya yang lain pun kecewa ketika jiwa yang dicintainya justru mengkhianatinya dan banyak lagi cerita –cerita kecewa lainnya   

Dulu saya sering juga mengutarakan kekecewaan saya, hingga suatu hari saya pernah dinasehati salah satau Guru Besar di kampus saya, Beliau mengatakan, ketika kekecewaanmu kau ceritakan kepada orang lain sesungguhnya kamu adalah orang yang merugi. Menceritakan kekecewaan kepada orang lain tidak akan pernah bisa meredam kekecewaan bahkan bisa jadi dengan menceritakannya kepada orang lain kita akan kecewa juga, karena orang lain akan menceritakan kembali kepada orang lainnya. Sehingga menjadi kumpulan orang yang kecewa 

Belahan hati saya pernah mengingatkan saya bahwa yang kecewa itu yang sakit hatinya dan yang kecewa itu yang salah niatnya. Bagaimana mungkin, penyakit hati yang dirasakannya harus orang lain yang menanggungnya. Bagaimana mungkin imannya yang compang camping lalu menyalahkan iman orang lain 

Saya teringat kembali perkataan abah, penjaga mushola di yayasan kami, melihat keikhlasannya menjalani hidup membuat saya bertanya apakah pernah dia kecewa dalam hidupnya, Abahpun mengiyakan bahwa dia pernah kecewa dan kecewanya itu hanya dia tumpahkan kepada Allah SWT.

Beberapa petuah tentang kecewa disampaikannya : 
Pada Saat kecewa, Periksa niat, jangan-jangan ia tergelincir..
Pada Saat kecewa, Periksa amalan, jangan-jangan ia hanyalah kumpulan kata bukan aksi nyata
Pada Saat kecewa, Periksa hati, jangan-jangan ia salah sandaran
Pada Saat kecewa, Periksa kemampuan, jangan-jangan tak mampu menjadi pemain dalam perjal anan panjang ini 
Pada Saat kecewa, Periksa nyali, jangan-jangan ia menciut saat melihat tantanganyang terpenting
PadaSaat kecewa, Koreksi baik-baik ibadah yang dilakukan, jangan-jangan hanya untuk dijadikan tontonan. 
Bagaimana mungkin kita menginginkan penerimaan Allah SWT tak kala kita menampakkanya untuk orang lain 

===================== 
Semoga kita tergolong hamba Allah yang tegar sejawat. Marilah kita mengingat-ingat kembali episode hidup kita. menghitung kembali jiwa-jiwa yang lalu lalang dikehidupan kita yang datang atas nama cinta lalu pergi begitu saja. 

Tidak ada yang abadi di dunia ini, begitu juga jiwa yang mencintai. Kita ditiap perubahan waktu tak selalu sama, selalu ada pergantian di tiap tempat yang kita kunjungi , waktu yang kita datangi. Karena esensinya bukan pada jiwa-jiwa yang mencintai kita, melainkan pada peletak rasa cinta itu. Allah. Lihatlah, betapa banyak cinta yang dititpkanNya pada jiwa yang tak sama.

Jika kita lelah, istirahatlah..bersandar adukan kelelahan kita padaNya saja.. Jika kita kecewa pada manusia, jadikan ia pelajaran. Bahwa Allah telah menunjukan tak ada yang pantas menerima cinta tulus kita kecuali Dia. Berbahagialah karena diberi rasa kecewa karna dengannya kita tau bahwa hanya Allah yang maha sempurna. 

Maka, Kecewa itu memang penyempurna sejawat

 ( Thia, 10 April 2015)