Minggu, 03 April 2016

SMS….. I lLOVE YOU


M
alam ini, iseng-iseng saya mengirimkan SMS ke nomor “Belahan hati saya” (maklum kami sedang berada di tempat yang berbeda, terpisahkan dengan jarak, di kota yang berjauhan). Isinya hanya tiga kata. Keisengan ini saya lakukan karena terinspirasi oleh salah satu cerita yang disampaikan di Grup WA* teman -teman.

Jadi ceritanya seorang Motivator dalam suatu kegiatan minggu pagi. Beliau pernah mengadakan suatu forum konseling yang sebagian besar dihadiri para wanita dewasa. Kebetulan temanya tentang kehidupan berumah tangga. Lalu beliau membuat suatu simulasi untuk mengetes seberapa jauh pandangan pasangan mereka (para suami yang tidak hadir) terhadap   mahligai rumah tangga yang dibangun dalam waktu yang sudah tidak singkat itu.

Tuan Motivator meminta para ibu mengeluarkan handphone mereka dan memerintahkan untuk mengetikkan pesan singkat yang ditujukan ke nomor HP suami mereka masing-masing dengan kalimat singkat, “I love you” atau diperbolehkan juga dengan menggunakan bahasa Indonesia “Aku cinta kamu” atau bahasa lain yang semakna dengan itu seperti “Kula tresna    panjenengan” dalam bahasa Jawa halus (kromo inggil).

Tunggu punya tunggu, beberapa detik hingga menit terdengarlah bunyi tone SMS bersahutan, susul-menyusul dari ponsel-ponsel hadirin yang   sebelumnya bersedia mematuhi instruksi Tuan Motivator. Beberapa ibu kemudian dipersilakan membacakan bunyi pesan SMS balasan dari para suami mereka. Dan inilah jawaban para suami terhadap sms istri yang   bunyinya “I love you” :

“To the point aja Ma, mau minta apa sih?”

“Kenapa, mobilnya nabrak lagi? habis berapa duit bengkelnya?”

“Awas ya, kalau nanti tak bisa menjelaskan untuk siapa sebenarnya sms    tadi”

“Siapa ini?”

Aneka macam jawaban tersebut membuat hadirin terpingkal-pingkal. Mereka menertawakan kondisi hubungan dalam rumah tangga mereka sendiri. Hubungan yang sudah berlangsung sekian lama hingga menimbulkan distorsi makna dari cinta kasih antara pasangan suami istri. Ketika ketulusan mencintai dinyatakan, tak lagi diresponi sebagai kesungguhan, melainkan balasan pernyataan-pernyataan menelisik tentang maksud sebenarnya dibalik kalimat “I love you”.

Tak perlu dipertanyakan sudah berapa perkara yang mereka hadapi dalam mengarungi samudera kehidupan dalam bahtera rumah tangga hingga timbullah berbagai macam emosi dalam meresponi persoalan. Hasilnya, tergantung bagaimana tiap individu mempertajam karakternya, berbagai karakter positif mungkin terkikis, dan yang negatif lebih dominan, ataupun sebaliknya. Hmm, fenomena yang menggugah untuk melakukan refleksi terhadap kondisi pribadi. Apakah gejolak cinta itu masih bergemuruh ataukah malah sudah mencapai titik jenuh. Tak ada salahnya dicoba mengetesnya.

Dan malam ini saya melakukan eksperimen dengan mengirimkan pesan singkat itu. Sengaja saya memilih via WhatsApp karena jaminan terkirimnya lebih besar dibanding media messenger yang lain seperti BBM, line, dan sejenisnya. Selesai mengetikkan tiga kata dalam bahasa Inggris, “love you...”, saya letakkan HP saya, sambil (jujur) dag dig dug menanti balasan WA. Ternyata saya tak perlu menungu lama. Pas semenit kemudian bunyi bip notifikasi WA masuk di HP saya. Dan kalimat balasannya adalah…… eng ing eng….”.love you too Thia”

Sejenak saya mengulum senyum dan berlanjut dengan cengar-cengir sendirian , Kalo kata orang mungkin obatnya habis Hehehe. Yo ben wae... Bagi saya balasannya “love you too” memang diungkapkan mewakili warna emosi yang kontinyu, yakni rindu yang menggebu, mohon dimaklumi sejawat. Jalinan diwarnai dengan long distance relationship. Masing-masing mengemban tugas yang berbeda, dan membuat kami terpisah jarak ratusan kilometer. Jadi Bagaimana Sejawat, Berani mencoba...... dan mari lihat hasilnya.....

(Thia, 13 Oktober 2014)
 
WA = Whatapps

Tidak ada komentar:

Posting Komentar