M
|
alam ini, iseng-iseng saya
mengirimkan SMS ke nomor “Belahan hati saya” (maklum kami sedang berada di
tempat yang berbeda, terpisahkan dengan jarak, di kota yang berjauhan). Isinya
hanya tiga kata. Keisengan ini saya lakukan karena terinspirasi oleh salah satu
cerita yang disampaikan di Grup WA* teman -teman.
Jadi ceritanya seorang
Motivator dalam suatu kegiatan minggu pagi. Beliau pernah mengadakan suatu
forum konseling yang sebagian besar dihadiri para wanita dewasa. Kebetulan temanya
tentang kehidupan berumah tangga. Lalu beliau membuat suatu simulasi untuk
mengetes seberapa jauh pandangan pasangan mereka (para suami yang tidak hadir)
terhadap mahligai rumah tangga yang
dibangun dalam waktu yang sudah tidak singkat itu.
Tuan Motivator meminta para
ibu mengeluarkan handphone mereka dan memerintahkan untuk mengetikkan pesan
singkat yang ditujukan ke nomor HP suami mereka masing-masing dengan kalimat
singkat, “I love you” atau
diperbolehkan juga dengan menggunakan bahasa Indonesia “Aku cinta kamu” atau bahasa lain yang semakna dengan itu seperti “Kula tresna panjenengan” dalam bahasa Jawa halus
(kromo inggil).
Tunggu punya tunggu, beberapa
detik hingga menit terdengarlah bunyi tone SMS bersahutan, susul-menyusul dari
ponsel-ponsel hadirin yang sebelumnya
bersedia mematuhi instruksi Tuan Motivator. Beberapa ibu kemudian dipersilakan
membacakan bunyi pesan SMS balasan dari para suami mereka. Dan inilah jawaban
para suami terhadap sms istri yang
bunyinya “I love you” :
“To the point aja Ma, mau
minta apa sih?”
“Kenapa, mobilnya nabrak lagi?
habis berapa duit bengkelnya?”
“Awas ya, kalau nanti tak bisa
menjelaskan untuk siapa sebenarnya sms
tadi”
“Siapa ini?”
Aneka macam jawaban tersebut
membuat hadirin terpingkal-pingkal. Mereka menertawakan kondisi hubungan dalam
rumah tangga mereka sendiri. Hubungan yang sudah berlangsung sekian lama hingga
menimbulkan distorsi makna dari cinta kasih antara pasangan suami istri. Ketika
ketulusan mencintai dinyatakan, tak lagi diresponi sebagai kesungguhan,
melainkan balasan pernyataan-pernyataan menelisik tentang maksud sebenarnya
dibalik kalimat “I love you”.
Tak perlu dipertanyakan sudah
berapa perkara yang mereka hadapi dalam mengarungi samudera kehidupan dalam
bahtera rumah tangga hingga timbullah berbagai macam emosi dalam meresponi
persoalan. Hasilnya, tergantung bagaimana tiap individu mempertajam
karakternya, berbagai karakter positif mungkin terkikis, dan yang negatif lebih
dominan, ataupun sebaliknya. Hmm, fenomena yang menggugah untuk melakukan
refleksi terhadap kondisi pribadi. Apakah gejolak cinta itu masih bergemuruh
ataukah malah sudah mencapai titik jenuh. Tak ada salahnya dicoba mengetesnya.
Dan malam ini saya melakukan
eksperimen dengan mengirimkan pesan singkat itu. Sengaja saya memilih via
WhatsApp karena jaminan terkirimnya lebih besar dibanding media messenger yang
lain seperti BBM, line, dan sejenisnya. Selesai mengetikkan tiga kata dalam
bahasa Inggris, “love you...”, saya
letakkan HP saya, sambil (jujur) dag dig dug menanti balasan WA. Ternyata saya
tak perlu menungu lama. Pas semenit kemudian bunyi bip notifikasi WA masuk di
HP saya. Dan kalimat balasannya adalah…… eng ing eng….”.love you too Thia”
Sejenak saya mengulum senyum
dan berlanjut dengan cengar-cengir sendirian , Kalo kata orang mungkin obatnya
habis Hehehe. Yo ben wae... Bagi saya balasannya “love you too” memang
diungkapkan mewakili warna emosi yang kontinyu, yakni rindu yang menggebu,
mohon dimaklumi sejawat. Jalinan diwarnai dengan long distance relationship.
Masing-masing mengemban tugas yang berbeda, dan membuat kami terpisah jarak
ratusan kilometer. Jadi Bagaimana Sejawat, Berani mencoba...... dan mari lihat
hasilnya.....
WA = Whatapps
Tidak ada komentar:
Posting Komentar