Sudah lama saya dan ” my
little angel Aisyah” merencanakan untuk membuat kue yang disukai
Aisyah kue donat…, dan baru saat ini
saya menemukan waktu luang untuk merealisasikan permintannya. Kemarin selepas
berpergian dari luar kota akhirnya saya menjemput malaikat menggemaskan itu dari
yayasan untuk membuat kue donat edisi
spesial yaaaaah…… namanya kue donat
kentang . Saya meletakkan Aisyah di kursi dapur, saya cubit pipinya
yang sudah dua hari saya tidak bertemu
dengannya. Aisyah bangkit dari kursi tempat duduknya menghampiri pintu kulkas,
“Kok Bunda masih menyimpan ini“….. tanya Aisyah sambil menunjukkan kertas hasil
kreasinya.
Oh…. Ya, saya
lupa menceritakan, masih ingat cerita tentang Permintaan Anak Yatim???, saat
Aisyah saya culik dari yayasan untuk menemani saya. Malam itu dia membuat
sebuah handphone dari kertas, jadi dia mengambil sebuah kertas HVS ukuran A4,
kertas itu dia bagi menjadi dua dan kedua kertas digambar sama persis sebuah
hanphone , gambarnya sih.. tidak bagus amat tapi cukup lengkap ada layar, tuts
tust abc dan angka 123. Sebelum tidur dia memberikan dua HP dari kertas itu
kepada saya
“Bunda…. ini Ais
buatkan bunda HP, sebagai ganti HP bunda yang Hilang”, ungkap Ais”.
Terima kasih
sayang,… kok HP nya ada dua “, jawabku. “Iya bunda ... yang satu buat bunda dan
yang satu lagi buat Allah….
Jadi bunda kalau
galau tidak perlu tidak perlu telepon Eyang, Pak dhe, Om, Tante, bunda cukup
telpon Allah saja“, tutur Aisyah (…..aduuuh Aisyah ini memang pandai membuat
hati saya mbeseseg). Saya tersenyum mengingat kejadian itu, saya gendong my
angel saya dudukkan di atas meja. “Tentu bunda masih simpan HP nya sayang”,
kalau bunda galau bunda tinggal telpon Allah kan.
“Ais suka donat bunda, tapi belum pernah makan donat kentang“, ungkap
Ais.
“Bunda juga suka
sayang, ini resep dari eyang putri“, balas menjawab. “Pasti enak ya bunda”,
sela Ais. “Kita lihat hasilnya pas buka ya“ jawabku.
“Mbak Ais mau
mendengarkan cerita soal donat ndak”? tanya Mbak Endang( perempuan yang merawat saya sejak kecil)..
sambil mengangkat kukusan kentang yang siap diolah di hadapan Aisyah“. Dengan
wajah penasara Ais kembali bertanya, “Apa ceritanya Bu Dhe“?
Sambil mengupas kentang Mbak
Endang pun bercerita, “Waktu masih seusia mbak Aisyah, bunda sudah rajin
berpuasa. Ayah bunda Thia yang mengajarkannya sejak kecil kalau tidak salah
sejak umur 5 tahun. Pernah dulu, waktu sepulang sekolah Bunda Thia menangis
minta donat”… Ais tak sabar menyela dengan pertanyaan “Trus Bu Dhe?”
Kembali Mbak Endang bertutur
cerita, “Ya karena ndak punya uang Ayah Bunda menyuruh Bu Dhe Endang untuk
mengajak bunda Thia jalan- jalan agar lupa soal donat.
“Kenapa ndak minta Eyang Putri
saja Bu Dhe”? tanya Ais. “Waduhh Mbak Ais …….Rumah Eyang Putri jauh waktu itu,
lagian mana boleh Bu Dhe Endang minta Eyang Putri, Ayah Bunda Thia galak. Tidak
boleh meminta–minta“. Dengan polosnya, Ais menyela pembicaran, “Terus Bu Dhe”.
Percakapan dilanjutkan, “Akhirnya
Bu Dhe Endang punya akal, Bu Dhe kumpulkan botol dan koran bekas, Bu Dhe
masukkan ke dalam karung, lalu bu Dhe ajak bunda Thia ke pasar jalan kaki.
Bunda Thia hebat diajak jalan sejauh itu tidak menangis, walaupun dalam keadaan
puasa, juga tidak membatalkan puasanya malah bantuin Bu Dhe Endang cari botol.
Dan akhirnya botol dan koran bekasnya dijual untuk ditukar dengan kentang dan
sampe rumah kentangnya dibuat donat.
“. Hayoooo Mbak Thia masih ingat
ndak kejadian itu“? tanya Mbak Endang.
“Saya hanya tersenyum dan menganggukkan kepala, mana mungkin saya Lupa
Mbak Endang”, jawab saya sambil memeluk wanita mulia dihadapan saya yang cukup
lama mengabdikan dirinya untuk merawat saya.
Sambil mengaduk adonan donat saya
memutar memori waktu itu. “Saya puasa saat itu, belum sesuappun makanan masuk,
mulai malam hingga sesiang itu. Sepulang sekolah di depan sekolah saya melihat
teman makan sebuah kue donat begitu menggoda, waktu itu Ayah tak punya uang
sepeserpun, saya memahami bila saya akan meminta kepada Eyang,
Ayah akan berkata “Ayah malu pada
Allah Thia, kalau sampai Allah tau dan melihat ayah minta tolong kepada selain
Dia”. Sekarang Thia jalan-jalan saja sama mbak Endang kalau Ayah ada rezeki
pasti akan Ayah belikat Donat”, dan akhirnya Mbak endang mengajak saya ke pasar
menukarkan botol dan koran bekas. Ternyata pasar besar tak terlalu jauh. Hanya
3 jam bolak-balik dengan berjalan kaki. Jadi kami jalan kaki. Menyusuri pinggir
jalan dan sungai.
“Bunda....”?, Ais membuyarkan lamunan saya. “Iya sayang”… jawabku manja.
“……Bunda. terima kasih sudah membuatkan Ais
kue donat kentang, Aisyah tahu bunda sayang Aisyah, karena itu bunda tidak akan
mengijinkan Aisyah jalan sejauh bunda dulu untuk mendapatkan kue Donat”.
“Aisyah minta maaf Bunda, Aisyah sudah merepotkan bunda dan Bu Dhe Endang untuk
membuat kue donat, Aisyah janji tidak akan meminta lagi Bunda“ (ahhhhhh Aisyah,
hati sayapun sendu .... Tidak apa-apa sayang... Aisyah boleh minta apa saja
yang aisyah mau.. Jawab saya sambil memeluk malaikat kecil saya yang hampir
menangis……”
(Thia,
7 Juli 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar