Bertahun-tahun yang lalu, Bu
Sinta berdiri di depan siswa kelas V mengucapkan sebuah kata bohong kepada para
siswanya dia mengatakan “akan mencintai setiap muridnya”. Tetapi hal tersebut
sebetulnya tak sepenuhnya jujur, karena Teddy yang duduk dibarisan depan adalah
seorang anak yang tidak konsentrasi belajar dan kotor. Sebenarnya Bu Sinta
sangat ingin dengan pena merahnya menulis diatas rapor Teddy nilai “E”.
Pada suatu hari ketika Bu
Sinta sedang memeriksa catatan di rapor para muridnya. Dia sangat terkejut
membaca komentar para mantan guru Teddy…
Guru di kelas I menulis, “Teddy adalah seorang murid yang cerdas, selalu tersenyum, pekerjaan rumahnya dan catatannya selalu rapi, sangat menghormati orang lain, membuat orang disekelilingnya berbahagia”!
Guru kelas II menulis, “Teddy adalah seorang pelajar yang sempurna, semua teman-teman menyukainya, tetapi ibunya menderita penyakit kanker, kehidupan di rumahnya pasti sangat susah”!
Guru kelas III menulis, “Kematian ibunya menimbulkan pukulan berat baginya. Dia sangat rajin belajar, tetapi ayahnya tidak peduli terhadapnya, jika tidak segera diambil tindakan maka kehidupan keluarganya akan segera mempengaruhi pelajarannya“.
Guru kelas IV menulis, “Pelajaran Teddy mulai
mundur, dia tidak tertarik kepada pelajaran lagi, dia tidak ada teman lagi,
terkadang tertidur di ruang kelas”.
Setelah membaca catatan
tersebut, Bu Sinta baru menyadari masalah yang sebenarnya. Dia merasa malu, dan
sangat sedih karena pada saat Lebaran, semua muridnya memberi dia hadiah yang
dibungkus dengan kertas kado yang cantik, sedangkan Teddy membungkus hadiahnya
dengan kertas koran. Bu sinta membuka hadiah Teddy di depan kelas. Hadiahnya
adalah sebuah gelang berlian palsu dan sebotol parfum yang tersisa ¼ .Murid yang lain mulai menertawakan hadiah
dari Teddy tetapi guru Bu Sinta segera mengambil gelang tersebut dipakai
ditangannya dan berkata “sangat indah” dia menyukai hadiah tersebut, lalu
menyemprotkan parfum tersebut ke tangannya.
Hari itu setelah lonceng
pulang berbunyi, Teddy tinggal dikelas dan berkata kepada guru Bu Sinta,
“Guru, hari ini engkau wangi
seperti ibuku!”. Setelah Teddy pulang, guru Bu Sinta menangis dengan sedih
selama satu jam, setelah hari itu Bu Sinta tidak mengajar “membaca, menulis dan
menghafal dan matematika lagi”. Tetapi dia mengajarkan pendidikan kepada para
muridnya.
Mulai hari itu dia memberi
perhatian khusus kepada Teddy, mencurahkan kasih sayang seperti seorang ibu
kandung, Teddy juga mulai hidup kembali, Bu Sinta selalu memberi semangat
kepadanya, dia semakin tangkas. Di akhir tahun Teddy menjadi murid yang
terpintar dikelasnya. Walaupun guru Bu Sinta mengatakan akan mencintai setiap
muridnya tetapi Teddy adalah siswa favoritnya.
Setahun kemudian, guru Bu Sinta
menemukan secarik kertas yang ditempel dipintu rumahnya, itu adalah tulisan
Teddy yang mengatakan
“guru Bu Sinta adalah guru
yang paling baik yang dijumpai seumur hidupnya”! Setelah 6 tahun berlalu guru Bu Sinta
menerima sepucuk surat dari Teddy yang mengatakan dia sudah tamat SMA, dia
mendapat juara 3, dia mengatakan guru Bu Sinta tetap adalah guru yang paling
baik seumur hidupnya dan guru favoritnya!
Empat tahun kemudian, Teddy
menulis bahwa dia telah tamat S1 daN akan melanjutkan ke S2 dia mengatakan guru
Bu Sinta tetap guru favorit dan guru yang terbaik selama hidupnya, dan guru Bu
Sinta melihat ada tambahan gelar dokter ditanda tangannya.
Cerita ini belum berakhir,
pada musim semi tahun ini, Teddy menulis surat lagi, menceritakan bahwa ayahnya
sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia sudah menemukan seorang gadis dan
akan menikah dengannya, dia meminta guru Bu Sinta sebagai walinya akan
disediakan tempat duduk di posisi orang tuanya. Guru Bu Sinta memenuhi
permintaan Teddy, pada hari pernikahan dia memakai gelang berlian palsu
pemberian Teddy dan menyemprotkan
parfum pemberian Teddy, Teddy teringat itu terakhir kalinya dia bersama ibunya merayakan natal
dan ibunya memakai parfum ini. Ketika mereka merangkul satu sama lain, Prof.
Teddy dengan berbisik di telinga Bu Sinta mengatakan,
“Terima kasih guru Bu Sinta
engkau telah mempercayai saya, terima kasih karena engkau membuat saya menjadi
orang penting, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah”! Airmata
guru Sinta mengalir dengan deras, dengan lembut dia berkata, “Teddy, anda
salah! Andalah yang mengajari saya, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri
untuk berubah, setelah bertemu denganmu, saya baru tahu bagaimana
mengajar!”
(Special thanks to Prof
Teddy.. terima Kasih untuk kisah Inspiratif ini
Prof. wanna be good lecturer
like u )