Kamis, 14 April 2016

HALAL UNTUKKU, HARAM UNTUKMU




Diceritakan, suatu hari ketika Hasan al-Basri berada di Masjidil Haram dalam suasana haji, ia bermimpi dan dalam mimpinya ia melihat dua Malaikat sedang membicarakan haji. Diantara mereka mengatakan, banyak sekali orang menunaikan haji pada tahun ini, yang lain menjawab tentu karena jumlahnya 700 ribu orang.

Malaikat pertama mengatakan, tahukah kamu, berapa orang yang mendapat haji mabrur? 
Malaikat kedua menjawab, hanya Allah yang tahu dan hanya sedikit saja, kemudian Malaikat pertama berkata, tidak satupun yang mendapat haji Mabrur 


Karena haji mereka bersifat riya, ada yang keluarga dan tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu, dia relakan uangnya untuk haji, ada yang hajinya sudah berapa kali, tetapi orang di sekitarnya banyak yang sengsara, dan ada juga yang berangkat dengan hasil pekerjaan yang haram. 

Akan tetapi ada seseorang yang mendapatkan pahala haji mabrur sedang dia tidak mengerjakan haji. Malaikat kedua menjawab,siapa dia? Malaikat Pertama menjawab, Sa'id Bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Syria. 


Mendengar ucapan itu, Hasan al-Basri terbangun dan sepulang dari Makkah ia langsung menuju kota Syria. Sampai di sana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya .Akhirnya beliau  bertemu dengan Sa'id bin Muhafah. 

Sejenak Hasan kebingungan dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya ia menceritakan perihal mimpinya,. Sa'id mulai menjawab dengan bercerita pengalamannya.
Sa'id mengatakan : "Sejak puluhan tahun lalu saya sangat rindu Makkah, untuk menunaikan berhaji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit uang saya kumpulkan. 


Sewaktu saya hendak berangkat Istri saya hamil dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat , istri saya meminta saya untuk membelikan daging yang dia cium dari kejauhan. Saya cari sumber daging itu ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. 

Di situ ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil.. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya. Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan, “tidak boleh tuan.” ,...“Dijual berapapun akan saya beli”.  .“Makanan itu tidak dijual, tuan,” katanya sambil berlinang mata. Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan,” katanya.

Dalam hati saya: bagaimana ada makanan yang halal untuk dia tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim? Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak. “Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan namun bagi Tuan, daging ini haram”.
 

Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku diapun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.“Ini masakan untuk mu” Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.” Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga, gunakan untuk usaha agar engkau tidak kelaparan lagi”

Mendengar cerita tersebut Hasan al-Basri tidak bisa menahan air mata, kalau begitu engkau memang pantas mendapatkan pahala haji mabrur karena kebaikan tersebut.

 ( Thia ,26 september 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar